Kalau menjelang libur pasti kita masih suka update status pake lagu masa kecil:
Libur telah tiba! Libur telah tiba! Hore! Hore! HORE! *hore!!*
Tapi kita nggak peduli sama maestro penciptanya.
Yap. A.T. Mahmud
Kalau kita lagi nggak ada kerjaan kita pasti main teka-teki jayus:
Siapa pelukis Pelangi?
Kalau dijawab, "Tuhan!" pasti dibilang salah:
"Tuhan yang nyiptain, yang ngelukis Agung!"
Pelangi, pelangi, alangkah indahmua, merah kuning hijau, di langit yg biru PELUKISmu AGUNG, siapa gerangan? Pelangi, pelangi, CIPTAAN TUHAN...
Kalau ketemu anak kecil di jalan, lalu kita minta, "Hoy dik, nyanyi dong!"
Kebanyakan mereka akan bernyanyi:
Buka hatimuuuuu uuu uu , bukalah sedikit untukku,
sehingga diriku-u-u bisa memilikimu... *lagunya Armada*
Haloo, gue cukup prihatin dengan keadaan anak2 jaman sekarang. Mereka cukup tahu lagu "Pelangi" tapi tak pernah peduli siapa yang menciptakan lagu tersebut. Mereka cukup tahu lagu "Pelangi" tapi tak pernah menjadikannya sebagai lagu favorit. Apaan, anak kecil nyanyinya lagu Armada, D'Massive, Kangen Band, dll-dll-dll. Ga pantes, ga sinkron ama muka, ama badan ama umur. Tau apa anak balita dengan patah hati karena cinta? Iya kan, band-band Indonesia lagunya kalau nggak jatuh cinta, cemburu, patah hati atau ditinggal mati. Sah-sah aja dikonsumsi khalayak umu, tapi apa pantas anak TK, SD, masih kecil2 nyanyi kayak gitu?
Harusnya mereka punya harapan secerah Bintang Kejora, senyum semanis Pelangi, berharap untuk di Ambilkan Bulan dan bermain di bawah Hujan Rintik-Rintik. Aktif seperti Anak Gembala dan akhirnya menjadi gagah bak Kapal Api.
A.T. Mahmud meninggalkan kita dalam keadaan yang sangat dilematis. Lagu-lagu yang ia ciptakan untuk anak-anak ditinggalkan sendiri oleh anak-anak itu pula.
Selamat jalan A.T. Mahmud.
Selamat jalan Pelangi.
Selamat jalan Sang Bulan.
Selamat jalan Bintang Kejora
***
No comments:
Post a Comment