19.11.14

Quinoa

Quinoa.

Tahukah kalian, apa itu quinoa?


Dari salah satu majalah gaya hidup yang saya baca, diulas bahwa quinoa ini disebut-sebut sebagai bijian paling bernutrisi. Mengapa? Karena si kecil bulat dan berkulit agak keras - yang warnanya bisa cokelat muda hingga kemerahan ini mengandung banyak zat gizi; seperti lemak esensial lysine dan kalsium, fosfor, serta zat besi.

Dikatakan pula bahwa cara pengolahannya pun mudah. Cukup dicuci sebentar dan ditiriskan, lalu direbus dengan air secukupnya, dan diberi sedikit garam hingga lunak. Dihidangkannya? Sebagai campuran salad, sup, atau hidangan lainnya.

Kukenal Quinoa pertama kali dari Romo Yu.

Sekian.

11.10.14

Risalah Hati - Dewa 19

Mari bernyanyi bersama. Kamu lagi galau, kan?

Mengaku saja lah!

Aku sih, no.

Aku hanya kangen.

Dan sadar diri betapa sulitnya untuk bersama.


Hidupku tanpa cintamu
Bagai malam tanpa bintang
Cintaku tanpa sambutmu
Bagai panas tanpa hujan
Jiwaku berbisik lirih
Ku harus milikimu
Aku bisa membuatmu
Jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu
Biar cinta datang
Karena telah terbiasa
Simpan mawar yang kuberi
Mungkin wanginya mengilhami
Sudikah dirimu untuk
Kenali aku dulu
Sebelum kau ludahi aku
Sebelum kau robek hatiku




Halo, yang terlelap entah di mana walau kurasa ada di 1 kilometer dari tempatku berada.
Semoga aku tidak berhalusinasi.

Siapa, ya? :)

Sering melakukan banyak aktivitas.
Selalu diberkati.
Memiliki kemampuan berbicara yang baik.
Menarik dan perhatian.
Memiliki jiwa pembimbing dan penyembuh.
Tidak dibuat-buat dan unik.

Adalah suratan untuknya berlaku adil, baik hati, dan selalu ingin sempurna :)

Tahu Diri

"Berapa kali kamu gagal dalam hal cinta?"

Hahahahaha ini pertanyaan bikin kesel of me loves all of you.


Sebenarnya kini bukan maksud hati ingin meratap nasib, bukan. Karena, tiada guna juga diratap-ratapi.

Lebih baik kita berefleksi. Nga-ca.

Tahu diri.

Ketika kita ingin bersama seseorang, siapkanlah pertanyaan:

"Siapa saya?"

Ketika kita tidak ingin bersama seseorang, jangan langsung menghardik:

"Siapa Anda?"



Aku hanya ingin berdoa

Semoga dia tahu aku

Semoga dia juga tahu diri

lalu tahu aku

memberi kesempatan kepadaku

mencari kesempatan bersamaku



Bukan ingin rendah diri

atau berpasrah diri

Karena menurutku Tuhan tidak benar-benar menyenangi orang-orang yang hanya bisa "terserah pada-Mu, Tuhan"

Karena menurutku Tuhan akan sangat senang dengan orang-orang yang berjuang di dalam-Nya

melibatkan-Nya di setiap kisah kasih yang dialami



Marilah percaya saja, bahwa Tuhan buat semua indah pada waktunya.

Amin.

Eh, sebentar Tuhan. Ini, aku mau bilang.....

Aku tahu, kok, dia itu siapa

Tapi, aku mau, Tuhan.

Kutitipkan namanya sekarang, dalam ucapanku ini

di tengah bincangku dengan-Mu

Berkenanlah Tuhan, berkenanlah!

menyelipkan namaku juga di ucapannya

dalam bincang dengan-Mu jua.

Oke, aku siap dengan amin-ku.


Amin.




- F
Wisma SY Margonda Depok
edisi tidak bisa tidur

15.8.14

Uang

Kamu terbuat dari apa, sih?

Hai, wahai uang!

Kurasa kamu hanya-lah kertas

walaupun rupamu di kepingan sekalipun

maka aku akan tetap bilang "kamu hanya-lah"

Hanya koin

Nyatanya ada yang bilang, "kamu punya peranan penting! Hingga cinta pun dapat dibikin mainan!"


Kamu terbuat dari apa, sih?

Hai, uang?

Cepat sekali memuai

dan sukses membuat anak kos cepat depresi

kalau-kalau sisa pembakaranmu bahkan sudah hilang

tidak sampai hati melihat begitu

saat tanggal masih berada di angka sepuluh


Kamu itu uang?

Si kertas doang

Si koin doang

namun karena nominal yang tertera

menunjukkan nominal yang terkandung

Kamu jadi berharga sekali

Dicari-cari sama orang-orang

yang letih-letihnya kuliah setinggi-tingginya

untuk kipas-kipasan di ruang berpendingin

Dicari-cari sama orang

yang letih-letihnya bersabar dan tawakal

sambil kipas-kipasan di bawah terik matahari



Lalu, bagaimana dengan aku, hai, manusia?

Manusia, aku pun manusia

Bukan hanya manusia

dan aku bernilai

sama dengan uang yang bernominal

Aku bukan uang




Ah, uang, jangan lari-larian

Letih badan ini mengejarmu

14.8.14

/ˈvɪnɪɡə/

 1
A sour-tasting liquid containing acetic acid, obtained by fermenting dilute alcoholic liquids, typically wine, cider, or beer, and used as a condiment or for pickling.


1.1
Sourness or peevishness of behaviour, character, or speech


Itu versi kamus Oxford.
Versi saya?


Vinegar.
Line breaks: vin|egar
Pronunciation: /ˈvɪnɪɡə/

"A sour-tasting feeling containing heartache, obtained by knowing someone you adore for sure are not worthy to be respected by someone who have a true and tender yet fragile like you, moreover when it caused by his/her peevishness of behaviour, character, or speech to you eventhough you have tried to do all your best for him/her"



Sakitnya tuh... di sini nih. (nunjuk dada, nepok jidat, elus-elus perut, tiduran guling-guling)
F.

Winter Wonderland

sleigh bells ring, are you listening
in the lane, snow is glistening
a beautiful sight, we're happy tonight
walkin' in a winter wonderland

gone away is the bluebird
here to stay is a new bird
he sings a love song as we go along
walkin' in a winter wonderland

in the meadow we can build a snowman
then pretend that he is parson brown
he'll say, "are you married?"
we'll say, "no man",
"but you can do the job when you're in town!"



later on we'll conspire
as we dream by the fire
to face unafraid
the plans that we made
walkin' in a winter wonderland,
walkin' in a winter wonderland,
walkin' in a winter wonderland!




Ini masih bulan kemarau. Bukan, bukan juga berarti dekat dengan hari Natal. Aku tidak tinggal di daerah subtropis di bagian selatan bumi. Aku tinggal di mana kuberada kini. Di tempat dengan kemaraunya yang sering kali didustai hujan. Diwarnai angin. Kemarau yang terbalik-balik. Tapi syukurlah, setidaknya kemarau semacam ini adalah kemarau sempurna, karena tetap membawa kesejukan dan penghidupan yang nyaman.

Ada apa dengan 'Winter Wonderland' ? Tidak mengapa. Aku hanya terbersit saja dengan iramanya yang manis, hangat, dan penuh kasih menurutku. Ketika nada pertama mulai dialunkan, aku merasa diterbangkan menuju suasana malam yang manis, hangat, dan penuh kasih. Walau salju yang aku tak tahu bentuknya seperti apa dan dinginnya seberapa terbayang menyelimuti sekitarnya, lagu ini membawa ke suasana bahagia seperti yang diceritakan lewat liriknya, irama lagunya, hentakkannya.

Kembali lagi ke tempat di mana aku berada. Di mana aku bangun dan tidur, duduk dan berdiri, berjalan dan berhenti, di bulan ini, masa kemarau yang kubilang kadang-kadang terdustai ini. Aku merasakan dingin juga di sini, dari angin yang hembusannya kerap membuatku menggerutu karena berhasil memporak porandakan rambutku yang ditatanya butuh 20 menit sendiri. Namun akhir-akhir ini, aku akui aku senang dengan angin kemarau tadi, apalagi di malam hari. Akhir-akhir ini, aku sangat mencintai malam hari, apalagi yang dapat dihabiskan bersama-sama.

Dengan siapapun yang membuatku senang untuk menghabiskan malam berangin kemarau bersamanya.

Bukan berarti aku sedang rutin pergi kencan, bukan. Meski aku berharap judulnya adalah kencan. Tapi kutahu, itu tidak tepat, itu tidak benar - sebentar, mungkin tidak sepenuhnya benar.

Sesekali kami makan malam bersama, tidak berdua, benar-benar bersama-sama dengan yang lain, meski kuharap berdua. Tapi kini tidak lagi, aku juga tak terlalu mengerti mengapa. Lalu ada lagi yang lain. Dan kami makan malam bersama, juga tidak berdua, benar-benar bersama dengan yang lain juga, meski kuharap juga berdua juga. Ujung-ujungnya apa? Aku bertahan berangin-anginan diterpa angin kemarau malam, hanya mencari momen, mengharap adanya keajaiban, berusaha menciptakan keajaiban.


gone away is the bluebird
here to stay is a new bird
i sings a love song as we go along
walkin' in a windy wonderland


Orang bilang aku terlalu mudah jatuh cinta. Aku menyangkal. Padahal aku juga tahu ada benarnya juga. 


Aku tak mengerti tujuanku apa, aku masih bingung juga. Bukan lagi saatnya hanya untuk lucu-lucuan, untuk pura-pura bahagia di saat ingin benar-benar menangis, pura-pura sayang di kala kesal setengah mati. Bahkan hal semacam itu bukan hal yang lucu sama sekali.


he'll say, "are you married?"
we'll say, "no man",
"but you can do the job when you're in town!"


Aku masih ada cita-cita dan mimpi. Tiada ruang untuk mengutamakan yang 'begituan', 'unyu-unyuan'.

Tidak juga berarti untuk tidak ada rencana ke sana.

Untuk menjadi realistis, aku masih memikirkan nasibku sendiri dulu, bukan nasib untuk bersama-sama, meski ingin sekali untuk ada yang mau bersama-samaku. Mungkin semuanya akan menjadi sulit? Tidak juga. Dan tidak juga akan benar-benar menjadi mudah.

Aku terlalu berbelit-belit? Memang.


later on we'll conspire
as we dream by the fire
to face unafraid
the plans that we made
walkin' in a windy wonderland,


Setidaknya kini, untuk bersama-sama dengannya beberapa kali, itu menyenangkan.




a beautiful sight, we're happy tonight
walkin' in a windy wonderland
walkin' in a windy wonderland
walkin' in a windy wonderland

we're happy tonight

13.8.14

Xilofon

Ting-tung-ting-tung-ting



Sebenarnya aku tidak begitu yakin benarkah bunyinya seperti itu. Bunyi xilofon. Dari xilo yang dipukul-pukuli dan menyiarkan foni. 'Ting-tung-ting-tung-ting' yang tadi, begitulah yang sering kudengar dari marching band universitasku, ketika mereka sedang bertampil. Pernah kudengar juga dari grup angklung SMP tetangga saat aku masih bocah SD. Belakangan ada 'xilofon-xilofonan' milik adik sepupuku yang masih bayi. Bunyinya ya begitu, 'ting-tung-ting-tung-ting'.


Mau dari xilofon asli ataupun xilofon adik bayi, aku tetap menikmati. Apalagi denting xilofon yang dibunyikan untuk mengusir sepi. Apalagi untuk mengusir sepinya hari. Hari-hari yang mengelabui dan juga mengelabukan hati. Meski di lain saat, aku merinding ngeri, karena belakangan bunyi xilofon yang sering mengisi kotak musik, kini sering ditampilkan pula di film-film hantu-hantuan. Aku anti film horor. Dan aku terlalu gemar berimajinasi juga terlalu pandai menyiratkan imaji. Aku terlalu terbayang-bayangi tiap malamnya sesudah aku menonton satu film seram walau sudah lewat delapan minggu sekalipun.


Ada yang bilang xilofon membosankan, bunyinya begitu-begitu saja. Tak akan bisa lebih cantik apabila tidak disertai tabuh-tabuhan lainnya. Bagiku tidak. Sama saja bukan seperti manusia, aku pun begitu. Aku tidak akan pernah merasa cantik sendiri. Aku harus butuh penyerta, yang mengiyakan aku cantik, atau bahkan yang lebih cantik dariku, sehingga mendorongku untuk berusaha lebih cantik lagi.

Sebenarnya aku bukan ingin menceritakan xilofon. Aku ingin bercerita tentang perasaanku.

Keinginanku.

Menjadi cantik.





Sebenarnya aku tidak begitu yakin benarkah keinginanku seperti itu. Menjadi cantik. Dari anak ingusan, menjadi remaja ingusan, dan sekarang aku kurang tahu aku sudah dewasa atau belum; umurku belum genap dua puluh tahun. Namun aku akan tetap ingusan, karena aku alergi dingin dan debu yang sangat sensitif sekali. Bukan, bukan karena aku ingusan aku meragu cantik (meskipun kutahu kau akan mulai memikirkan aku yang ingusan akan nampak seperti apa lalu pasti mengernyit dan bergidik jijik). Aku hanya tidak percaya diri bahwa aku cantik.


Maka, ketika ada seseorang yang bilang kepadaku, aku tak tahu itu bercanda atau pujian, ketika dia bilang "kamu cantik."


Apalagi kalau orang itu berlawanan jenis denganmu. Dan sedikit tampan.


Bohong, sih. Tidak sedikit tampannya.


Serba salah nggak, sih? Ketika kamu tidak yakin kamu cantik atau tidak, lalu ada orang ganteng yang bilang kamu cantik, jujur saja aku makin merasa tidak yakin. Semakin malu. Semakin tidak percaya diri. Meski di lain sisi, aku merasa semakin besar rasa.



Ting-tung-ting-tung-ting


Aku sedang berpura-pura memainkan xilofonku. Bohong. Aku tidak memiliki xilofon. Bohong pula, kalau aku bilang "aku sedang berpura-pura memainkan xilofon" karena aku menggumamkan suara di bibirku menirukan foni dari xilo yang dipukul-pukuli. Sementara hatiku juga bermain-main sendiri, menggumamkan satu nama.


Nama seseorang yang kalau kubilang dia tidak tampan maka aku akan berbohong lagi.

Aku tak mau lagi berbohong. Terutama membohongi diriku, hatiku.

Aku jujur ingin selalu cantik, di matamu.



Hatiku sedang menggumamkan satu nama,


namamu.

Yang

Yang,
Ini aku, yang menulisimu. Yang ingin mengatakan yang ingin kukatakan padamu, yang. Tak apa bila kau sudah tidur. Aku tahu hari-harimu lelah minggu ini. Aku tahu. Walau kutahu kau akan bilang bahwa aku tak mengerti. Aku mengerti, yang, kalau kau mau begitu. Setidaknya kau perlu tahu, bahwa aku tahu, cukup tahu.
Andai saja pikiran yang kini sedang berusaha menata hati yang ingin menata rangkaian kata yang kuketikkan lewat sepuluh jariku yang hanya akan lentik bila kukunya dipanjangkan ini tidak perlu bekerja sama dengan tangan melainkan dengan bibir, kau tahu, yang? Tentu akan kuhubungi nomor telepon genggam milikmu saat ini juga. Tak peduli walau kini kamu sudah tidur karena hari-hari lelahmu di minggu ini, karena benar-benar ingin berbincang denganmu.

Yang, tadi sore, entah apa itu sudah malam, atau baru menjelang malam, aku tak tahu jelas, yang kutahu, tadi kita berjumpa, bukan begitu, yang? Apakah kita bertegur sapa? Kurasa tidak. Apakah aku ramah padamu? Kurasa ragu. Apakah kamu senyum padaku? Aku bimbang untuk bilang ‘ya’. Yang, 24 jam dapat mengubah segalanya. Kuharap bukan karena pesan singkat yang kukirim via ponsel kepadamu, kuharap bukan karena hal yang seharusnya tak perlu kubahas, yang tak ingin kubahas, yang mungkin tak juga ingin kau bahas,  aku yang salah adalah aku yang bilang padamu “jangan demi aku.”

Yang,
Aku bukan dukun. Aku juga bukan ahlinya dalam menerka orang, terutama yang sepertimu, yang. Yang, aku menaruh harapan padamu, harapan yang terkadang membuatku lupa diri sendiri, terlarut dalam angan-angan sendiri, dalam mimpi, yang – maaf, bukan karena aku pesimis – namun aku tahu, ini tidak realistis. Kamu, aku, sama-sama berkutat dengan perkuliahan yang menuntut untuk kritis, terstruktur, menciptakan dan membuktikan hipotesis, diagnosis.

Ini beda, yang, yang perlu kita telusuri bersama tentang perasaan hati. Yang bisa bikin kita bodoh, lemah, buta apa yang disebut kritis, tak mampu lagi menyusun segala sesuatunya dengan rapi, tak lagi bisa menghipotesis, mendiagnosis, boro-boro membuktikan. Aku tidak berani membuktikan apa namanya dari semua yang kau lakukan, yang keseluruhan manis dirasa di minggu ini. Yang, jangan segera menyimpulkan bahwa aku menghindarimu, dirimu yang melakukan ini-itu dengan manis, yang kuharap dengan sejumput rasa sayang. Yang perlu kau tahu adalah aku menghargai setiap tatapan mata, jabat erat, belaian halus yang penuh rasa hormat, terutama saat kau membenahi rambutku yang mencuat, kaulah yang pertama selain ibu, bapak, kakak, dan teman perempuanku.


Yang, seharusnya aku tidak memanggilmu ‘yang’. Tapi kau perlu tahu, kalau kau begitu terus – melakukan hal-hal yang manis-manis yang penuh perhatian – aku bisa jadi sayang sama kamu.

Zathura


Once, I saw a movie, titled Zathura
Twice, I saw Zathura
Third, I saw Zathura
I started to know the next scene when I still on the previous
Fourth, Fifth, and so on
Bored, for sure.
It has been a long time not to see Zathura
Somehow, I want to play that boardgame
Hoping I will receive a card
That allows me to make a wish
Considers making a wish to make my brother go away
The one who is annoying the most

I do not have any brother

There are two girls given to me
Two girls who turn to women day by day
Who are annoying the most, sometimes
Now they are, this time
And I wish I could
throw them away
And pull myself away

But I wish

Zathura will not allow to be played
By the broken hearted girl
Who feels lonely day by day
Who misses her sisters the most
Sisters who onced she knows the most
Even it played by the happiest one
I wish
Zathura can be won
Without losing any memories, any hope
Any pain
Any blessedness
To have what we have had now
What I have had now


F
That broken hearted girl


1.8.14

Hanna Ayu

Kalau ditanya, "Fanya, lagi kangen siapa?" mungkin saya bisa jawab aneh-aneh.
Tapi kalau dipikir-pikir, sebenarnya saya lagi kangen Hanna dan Ayu :')

Mereka ini teman saya di SMA. Sebenarnya Hanna sudah saya kenal lebih lama dari Ayu, yaitu sejak di kelas 7 di SMP dulu. Sementara Ayu kukenal waktu masuk Asrama Providentia tahun 2010 yang lalu.

Kami bertiga pernah sering bareng-bareng ke mana-mana waktu di akhir kelas 10 dan di kelas 11. Sisanya aku yang hilang duluan dari mereka, terlalu sibuk dengan urusan ini itu yang mereka tak campuri, terlalu banyak teman lain yang perlu diurusi, ujung-ujungnya sih aku terlihat sibuk sendiri.

Bahkan kami dulu punya buku harian untuk diisi bertiga, untuk curhat, untuk menulis harapan-harapan tentang diri sendiri dan tentang hari-hari ke depan agar tetap dijalani bersama-sama. Diisi satu minggu sekali, bergilir. Baru sampai di minggu ke 6, semuanya terhenti. Siapa penyebabnya? Aku. Kurasa saat itu aku mulai tidak mau lagi berbagi dengan mereka. Awalnya karena tak mau membebani, lama-lama karena memang lagi tak ingin berbagi, karena ragu mereka akan mengerti.

Padahal kutahu bila kupaksa untuk menulis maka mereka akan berusaha mendukungku. Dan akan selalu mendoakanku, saat aku main futsal, atau apapun itu.

I doubted you two. I was.

Sifat egosentris ku lah yang benar kusadari aku kerap kali jauh dari mereka. Tapi aku sayang dengan mereka. Maafkan aku, teman, kita yang pernah baik dan dekat dan kemudian hanya bisa menjadi baik dan dekat yang tidak sedekat dahulu, kini hanya bisa baik. Kuberharap kalian akan selalu baik-baik saja, tetap berbuat baik, dan akan selalu menjadi lebih baik. I love you, Ayu, Hanna.

25.7.14

Nonton Bioskop

Bulan Juni masih menyimpan keseruan nih! Untuk pertama kalinya, saya kembali nonton ke bioskop, setelah vakum pasca nonton The Conjuring di bulan Agustus 2013, beberapa hari sebelum keberangkatan saya ke Depok untuk mulai kuliah di sana. Wow, lama juga yak. Eh sebentar, sebenarnya enggak juga ding! Saya sempat menonton "Odd Thomas" di bulan Mei bersama sahabat saya Risa Goretty, di Metropole XXI Cikini.

Oya, berhubung film-film yang akan saya tuangkan dalam cerita pengalaman menonton saya ini sudah jauh banget masa hot tayangnya, jadi mohon maaf di sini saya akan menyampaikan beberapa spoiler isi filmnya, but nggak boleh marah dong ya, kalau situ merasa "gue belom nonton jangan diceritain plis" sih itu DERITA ELO orang filmnya udah kapan tau masih belom nonton juga.. hehehe bercandaaaaaaaaaaaaaaa :D

Kalau benar-benar nggak mau tahu sambil nungguin DVD resmi filmnya keluar, ya, monggo jangan dibaca post ini ^^



So, let's start the story, shall we?



 MALEFICENT 
 Genre : Action 
 Produser : Joe Roth 
 Produksi: Walt Disney Pictures 
 Sutradara: Robert Stromberg 
 Casts: Angelina Jolie, Sharlto Copley, Elle Fanning,
 Sam Riley, Imelda Staunton, Juno Temple, Lesley Manville 
source: 21cineplex.com

14 Juni 2014 saya AKHIRNYA nonton di bioskop lagi dan di Bandung lagi! Yuhu! Dan sama Nixon! Yuhuhuhuhuu!
Kami nonton Maleficent di Empire XXI Bandung Indah Plaza. Bertepatan dengan hari Sabtu, HTM nya Rp 40.000,-


[Sepanjang film diputar:]

Kami berdua berkali-kali "hah-heh-hoh" sendiri, menantikan apa yang sebenarnya terjadi. Saya diajak untuk terus menerka-nerka akan ada apa selanjutnya sambil dihanyutkan dalam gambaran saya sendiri. Maklum, kisah Putri Aurora versi Disney ini saya udah khatam banget dari 3 buku berbeda (sejak TK udah kenal cerita ini, mulai dari buku cerita bergambar, buku mewarnai yang ada ceritanya, sampai buku cerita bergambar yang gambarnya itu merupaka potongan-potongan adegan dalam filmnya, macam komik jatuhnya tuh) plus nonton VCDnya plus suka didongengin Ibu saya. Saya lebih banyak bertanya "why oh why" karena plot cerita ini melenceng dari versi yang sudah merasuk di saya. Kontra banget, kecuali nama-nama tokohnya.

Sementara Nixon memang benar-benar pure nebak-nebak karena sama sekali belum pernah dengar cerita tentang Sleeping Beauty ini. Nixon mungkin heran-heran sebel ya karena sepanjang nonton saya cerewet banget, "Ih harusnya ga gini con!" atau "oh oh Stefan itu... lho kamu nggak tahu? Itu nama papanya Aurora, oh oh mudanya sama si ... Maleficent.. oh" atau "nanti nanti nama pangerannya Pangeran Philip" atau "lah, mamanya Aurora kok meninggal ya? Seingetku enggak!" Oke, Con, maafkan daku menduakan cintamu berat rasa hatiku tinggalkan dirinya ya :" (loh, malah nyanyi)

Oya, film ini menceritakan kisah dongeng Sleeping Beauty dari sudut pandang Maleficent sih menurut saya.


[AFTER TASTE:]

Film ini totally wrong-predictable banget di saya! Sebenarnya kaya udah tau gitu, kalau film ini bakalan beda dari dongeng aslinya karena ketika beberapa tahun sebelumnya muncul The Red Ridding Hood versi bintang Hollywood ABG zaman sekarang (halah) juga berbeda dengan versi dongeng turun-temurunnya. Tapi tetap saja, ternyata 'melnceng'nya itu jauuuuuuuuuh dari perkiraan. Kayak gagak hitamnya Maleficient yang ternyata bisa disihir jadi manusia, atau bahwa sebenarnya Maleficient punya sayap dan rambutnya panjang (bayangan saya selama ini dia botak kayak Dedy Cobuzier trus pake kupluk hitam yang bertanduk itu)Top deh! Film ini sukses menuai pesan moral dari Nixon buat saya, "makanya, Nya, jangan bodoh kalau jatuh cinta, trus patah hati, bahaya kalau sampai jadi dendam." Oke fine, Nixon, bye.


Film beres, selanjutnya makan malam (HORE GENDUT) di Jl, Banceuy, udah pernah cerita kan ya di beberapa post sebelumnya? Cek balik aja ya bagi yang belum baca :D



***


 HOW TO TRAIN YOUR DRAGON 2 
 Jenis Film : Animasi 
 Produser : Bonnie Arnold 
 Produksi: 20th Century Fox 
 Sutradara: Dean Deblois 
 Casts: Jay Baruchel, Gerard Butler, Craig Ferguson,
 America Ferrera, Jonah Hill, Christopher Mintz-plasse,
 T.J. Miller, Kristen Wiig 
source: 21cineplex.com

Kemudian selanjutnya, di tanggal 19 Juni 2014 saya juga pergi nonton ke bioskop. Padahal itu baru banget sampai di Wisma SY sekitar pukul 4 sore, setelah perjalanan pulang yang 20 JAM (eng ing eng) dari Wonosari ke Depok Via Jogja pasca acara ziarek (yang juga ada di cerita sebelumnya, baca yaa). Bahkan, ide untuk nonton bareng ini muncul saat perjalanan pulang, saat di bus, saat stuck di kemacetan Nagrek.

Inget banget, di Wisma SY, rasanya baru aja selonjoran kaki dan peregangan badan, tiba-tiba udah jam 6 sore, kemudian saya dan beberapa teman bersama Romo Yu misa sore bersama. Selepas misa ternyata ada Ditto di ruang baca Wisma SY, lagi mengerjakan tugas di laptopnya. Siapa Ditto? Ditto itu teman yang saya kenal di kepanitiaan acara Napak Tilas Pastoral Mahasiswa KAJ unit Selatan (PMKAJ-US), doi kuliah di Universitas Gunadarma angkatan 2010, tua ya (ampun Kak Ditto hihii). Selesai menyapa Ditto saya beranjak untuk mandi dulu di WIsma SY, maklum 1 malam 1 hari di jalan belum mandi sama sekali hehehe...

Selesai mandi saya kembali ke ruang baca Wisma SY. Bersama Juli kami saling tukar-tukaran foto-foto selaka ziarek, juga lihat-lihat foto yang sudah di-share oleh teman-teman yang lain. Saya juga masih menunggu kabar teman-teman yang berencana nonton bareng, jadi apa enggak, akhirnya saya putuskan untuk menunggu di Wisma SY.

Cukup lama menunggu, sampai saya sudah selesai makan malam bersama Ditto dan Juli, akhirnya saya dijemput oleh Eko yang baru selesai rapat, dan tiba-tiba Ditto juga jadi ngikut. Yeaaaaaay, seneng-seneng aja sih, ya iya orang saya yang ngajakin hahaha. Dengan mobil Eko yang khas dengan 3 huruf "EKJ" di nomor platnya (kata Eko, artinya: EKo Jelek), kami bertiga segera menuju Margo City untuk menonton..... How to Train Your Dragon 2! Pukul 21.20 tiba, dari tempat parkir kami cepat-cepat menuju bioskop Platinum Screen di lantai 3, mengapa? KARENA FILMNYA UDAH MULAI PUKUL 21.00. Zonk banget ketinggalan 20 menit tapi enggak pa-pa hahaha... Di depan studio kami ditunggu oleh Edu dan Mikael yang juga dengan ikhlas ketinggalan film demi memberikan karcis ke kami. Makasih ya teman-teman :')


[Sepanjang film diputar:]


Nonton! Dengan anteng. Antusias! Namun tetap anteng. Karena memang asyik filmnya! Dan saya nonton bareng teman-teman spesial. Janet, Silvia Frisca, Edu, Eko, dan Ditto, juga Mikael, meski mereka secara harafiah adalah kakak tingkat saya semua (mampus lu pada udah tua! haha!) tapi enggak pernah memperlakukan saya sebagai anak bawang, ya main dan seru-seruan ya sama aja. Tapi ada yang lebih seru sih....kalau udah.....masalah... cerita-cerita....yang ujung-ujungnya....curhat. Huacim!


Saya juga agak heran-heran seneng sih sama ini film, karena dari judulnya yang ada kata 'dragon' nya itu menghantarkan saya pada bayangan sosok naga seperti di film Harry Potter and The Goblet of Fire, atau naga di kartun Sleeping Beauty atau di film yang baru-baru saya tonton, Maleficent. Ternyata.....naga di film ini...... absurd muahaha. Tapi unyu-unyu!!

Kejadian mengherankan saat nonton film ini adalah ketika Eko malah pindah posisi, dari yang paling pinggir dekat sisi jalan, jadi ke paling pojok yang mepet tembok, kemudian............ tidur!


[AFTER TASTE:]

Saya yang sebelumnya nggak tahu bahwa ini adalah film sekuel, saya yang awalnya agak mengernyit ketika membaca whatsapp dari Silvia Frisca bahwa film inilah yang akan ditonton, semuanya berubah! Mengapa? Mungkin satu kalimat yang bisa saya kutip dari Ditto ketika saya ajakin dia untuk nonton ini dapat menggambarkan apa yang saya rasakan: "Wah, rame tuh! Gue pengen!"

Selain itu, dari pengalaman nonton ini, saya akhirnya bisa ngerasain nonton di row A di bioskop! Seumur hidup paling tinggi tuh dapet row C, biasanya saya nonton di sekitar row D atau E atau F, bahkan juga pernah nonton di baris paling depan dan baris ke-3 dari depan sampai bikin sakit leher dan mata picek. Agak aneh saya ngerasanya, rupanya kalau di baris A itu memang kesempatan untuk berbuat 'aneh-aneh' berpeluang besar ya........................

Eko? Begitu lampu bioskop kembali menyala, dan setelah diguncang-guncang tubuhnya, dan ditanya gimana filmnya, Eko cuma bilang, "nyenyak banget aku, ini AC nya enak, dingin."

ki-ka baris paling belakang: Janet, Edu, Eko
baris ke-2: Silvia Frisca, Ditto, Mikael
selanjutnya: saya. Forever alone. Hahahahaha......

Selesai nonton sekitar pukul 22.30, apakah langsung pulang? OH TENTU SAJA TIDAK! Foto-foto dulu dong di parkiran Margo City yang jumlah mobilnya tinggal 3 haha, mobil Eko, mobil orang lain, dan mobil orang lainnya lagi. Hahaha! Beres foto-foto, pulang? OH TIDAK BEGITU SAJA karena kita lanjut ke Mc Donald's Kelapa Dua Depok. Malam-malam, habis hujan, makan es krim. Udah paling bener. Yang awalnya mau numpang nobar World Cup malah jadi cerita-cerita napsu. Eits, jangan mikir jorok, ini napsu bahas nasib, mulai nasib pemilu dan nasib kesibukan masing-masing, dari masalah kuliah, skripsi, sampai organisasi wooooooyyyyyyyy hahaha! Setelah asyik ngobrol-ngobrol, saya dan Janet diantar ke kosan masing-masing, Silvia Frisca juga pulang ke kosannya diantar Mikael, sementara Ditto pulang ke rumah Edu hahaha. Sampai-sampai di kosan, sebelum tidur, begitu lihat handphone, ternyata udah jam 3 pagi. Hebat.....

Bangun di hari yang sama pukul 9 pagi, saya langsung buka laptop, searching-searching film How to Train Your Dragon yang pertama. Jadi penasaran dan ketagihan!


***
 SELAMAT PAGI, MALAM! 
 Jenis Film : Drama 
 Produser : Sammaria Simanjuntak, Sharon Simanjuntak 
 Produksi: PT Kepompong Gendut & Soda Machine Films 
 Sutradara: Lucky Kuswandi 
 Casts: Adinia Wirasti, Dayu Wijanto, Dira Sugandi,
 Ina Panggabean, Marissa Anita 
source: 21cineplex.com

Selanjutnya saya menonton satu film lokal. Acara nonton kali ini juga spontan banget! Jadi baru bangun jam setengah 10 pagi (nggak tahu diri banget!) di suatu Sabtu yang mendung di tanggal 21 di bulan Juni. Kakak saya, Mbak Retha, tiba-tiba ngajak nonton film yang kata dia, "ayo dong, dek, tinggal hari ini sama besok tayangnya!", so akhirnya saya memutuskan untuk bilang "yo, let's go" pukul 12.00, padahal mandi juga belum. Setelah menunggu hujan reda, kami berangkat  dari Depok menuju Blitz Megaplex Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Judul film yang kami tonton ini adalah "Selamat Pagi, Malam!"


[Sepanjang film diputar:]

Cengo. Mengapa? Satu studio yang nonton cuma 8 orang, termasuk kami berdua. Sempet menerka-nerka, ah elah kayaknya nggak seru nih, filmnya nggak laku gini. Begitu film diputar, adegan demi adegan berganti, saya semakin cengo. Cengo saking curious memperhatikan film ini dengan seksama, dan berusah menarik kesimpulan dan mencari pesan moral dari film yang sarat makna ini. Ritme pernapasan saya melambat, karena beberapa kali terbawa nahan napas di beberapa adegan. Adegan akhir sukses bikin saya mingkem, mingkem nelen ludah, mingkem nelangsa, dan giliran hati saya yang cengo, karena rasanya dalam sedalam-dalamnya, apalagi ada lagunya yang sebenarnya udah sering didengar tapi karena dibawakan secara acapella dan full-filled with a deepest heart feeling jatuhnya tuh nusuk. Banget. Bangetnya kebangetan. (kesel ah kebawa emosi)


[AFTER TASTE:]

Lansung tepuk tangan sambil tarik napas sedalam-dalamnya berusaha menyesuaikan lagi ke keadaan normal. Selanjutnya kami berdua sama-sama menyayangkan mengapa film seperti ini bisa sepi penonton? Kok bisa nggak laku?


***


Bagi para Pembaca Budiman yang mengharapkan bahwa saya akan sedikit meresensi isi film, mohon maaf saya tidak menulis seperti yang Anda harapkan. Karena pada intinya saya hanya ingin menceritakan tentang pengalaman menonton saya, hihihi, maaf ya.......


Terimakasih kepada Nixon, Kak Ditto, Kak Edu, Kak Janet, Kak Icha, Kak Eko, Kak Mikael, dan Mbak Retha yang menjadi teman menonton saya di 3 film ini :)

Salam,
F.

23.7.14

Menyapa Tuhan di Pesona Wonosari

[18 Juni 2014.
07.00.
Wisma Syantikara, Yogyakarta]

Astagah! Udah selesai mandi dari jam 6 pagi, udah beres packing, malah ketiduran lagi haha! Padahal udah harus check out untuk bertolak ke................ Wonosari!

kamar super nyaman ya bikin betah lah...

Sepanjang perjalanan ke Wonosari, setelah saya sarapan di dalam bus, saya sukses nggak tahu jalan-jalan apa saja yang dilewati, macet apa engga, karena saya fix tidur pulas. Hari sebelumnya, di mana saya bersenang-senang menikmati Jogja dan berjumpa dengan teman-teman baru dari KMK UGM, juga masih berasa mimpi akhirnya bisa ketemu Jay lagi, pokoknya lelah maksimal deh! Bangun-bangun udah di kawasan Gunung Kidul, Wonosari, saat bus sedang berkali-kali putar arah karena salah jalan melulu untuk mencari Gua Maria Tritis. Cuaca saat itu cukup terik, langitnya biru cerah bearawan, bikin jatuh cinta pokoknya :3

bangun-bangun malah foto-foto....



start point untuk Jalan Salib di Gua Maria Tritis

Kegiatan di Gua Maria Tritis adalah Jalan Salib dan misa. Di sinilah esensi akan nilai ziarah dalam acara ini begitu terasa. 





Memang bukan kali pertama saya berziarah ke gua ini, namun saya tetap rindu untuk berdoa di sini. Suasana di sekitar gua yang adem ayem tenterem membawa saya akan rasa syukur yang tiada henti kepada Yang Maha Kuasa atas segala nikmat yang dirasakan, juga membawa saya ke alam refleksi diri yang begitu menyembuhkan segala marah dan dengki yang dirasa.




foto-foto saat saya ziarah tahun 2012

Petakilan banget jadi orang, naik-naik ke puncak tebing yang ada salib putihnya!
Tau-tau nggak bisa turun x.x
Foto: sedang nunggu antrian turun tebing hehe
source: facebook.com/sherenshus

FULL TEAM! KMK UI chapter Vokasi, Fpsiko, FH, FISIP
feat. Rm Markus Yumartono dan Pak Petrus yang baik hati luar biasa (koster)
source: facebook.com/sherenshus

Selesai ziarah, saatnya REKREASI PANTAI yuhuhuhu! Kawasan Gunung Kidul untuk beberapa tahun terakhir memang lagi booming sama pantai-pantainya yang bersembunyi di balik bukit-bukit gersang yangada di sini. Lalu kita ke mana? PANTAI INDRAYANTI yuhuhuhu!!!!!!!! Denger-denger emang hits banget ini pantai, bagus, nggak kalah sama Dreamland di Bali *ecieh*

Tapi begitu sampai........... agak......... zonk.

EXPECTATION #1

source: http://www.vericaicha.com/2014/06/awal-mula-air-laut-pantai-ombak.html


"Pantainya bakal sesepi dan sedamai dreamland...
Ngga papa walau pasirnya nanti tak putih
Namun hati putihku kan siap menikmati pesonamu, oooh, Indrayanti......."


REALITY #1
 
source: facebook.com/sherenshus


CENDOL MEN CENDOL! ASLI RAME BANGET

Yang awalnya divisi Acara mau adain games untuk main-main seru rame-rame di tepi pantai ampe jadi nggak jadi deh hiks :'( trully out of expectation lah ini mak!

EXPECTATION #2: 

source: http://www.vericaicha.com/2014/06/awal-mula-air-laut-pantai-ombak.html

"Kan kupandang surya yang berkilauan
dalam keagungan Tuhan
dalam kilau emas pancaran sinarnya
Sang Matahari di kala senja
di Indrayanti...
Oooh Indrayanti..."

REALITY #2:

yang asli nih:

MENDUNG (ctatatatatataaar..... - backsound guntur)
(yang jadi model: Tyo. Ini nih yang namanya Tyo)

Sebenarnya ga full mendung karena sesungguhnya, mataharinya kayak malu-malu kucing gitu, kadang ngumpet di balik awan kadang engga, yah tempo-tempo begitu lah hihihihi


foto dulu sama Romo yang katanya nggak mau basah-basahan :D

Bingung juga mau ngapain, secara pantainya lagi rame banget, mau foto-foto juga kurang indah suasana dan juga bajunya (tetep harus eksis dan fashionable ya? halah), mataharinya enggak ada, yasudah kuputuskan untuk merenung, sambil berdiri. Jadi agak badmood karena nggak sesuai ekspektasi, dan fix malas basah-basahan, termasuk duduk di pasir, males banget kalau nanti harus bersihin pasir dari celana, belum lagi yang nyelip di kantungnya. Ternyata ada Romo Yu yang juga nggak berhasrat pingin basah-basahan, yang ada beliau cuma mau rendam kaki di air laut yang mengandung banyak garam, mengingat saat itu asam uratnya kambuh sampai bikin kaki Romo bengkak. Ada juga Natali sedang tidak bisa main air karena lagi datang bulan dan Yosmarianna yang memang takut main air di laut. Trauma, katanya.

Ketika saya melihat ada bebatuan di sisi kanan pantai, bebatuan yang tinggi menjulang, ada apa ya kira-kira di balik batu tersebut? Akhirnya saya memutuskan untuk segera keluar ke jalan raya dan mulai menyusuri ke arah balik batu tadi via jalan raya. Saking semangatnya, sampai lupa nggak pake sendal setelah tadi celup-celup kaki bareng Romo. Awalnya cuma sendiri, tapi begitu lihat Echa langsung ngajak Echa, eh belakangan disusul sama Juli dan Kak Ditha. Akhirnya.......... saya............... menemukan..................yang hampir sama dengan apa yang saya harapkan. Dan matahari masih sama, tempo-tempo sembunyi tempo-tempo enggak, begitu matahari lagi muncul... CKREK! Ga nunggu lama lagi, buru-buru ambil pose dan difoto, dengan latar yang asyik seperti ini :)


Echa


Kemudian kami juga menyempatkan untuk mendaki salah satu batu karang yang ada, sebenarnya itu bukan batu lagi tapi udah bukit batu karang karena tinggi juga. Perjuangan banget bagi saya karena harus mendaki bukit karang tersebut tanpa alas kaki. Namun pemandangan dari atas bukit amat sangat cukup untuk membayar ongkos 'derita' saat mendaki dan menuruni bukit karang ini kok :')

 Ditha (kakinya doang :P)
Ini waktu kami sedang naik ke atas batu karang

Juli
(di belakangnya adalah pantai yang rame kayak cendol tadi :D)

Eits, mataharinya lagi mau muncul meski malu-malu banget :)


Dari atas sini, serasa dekat sama langit, dan terasa lebih dekat dengan surga. Hai Tuhan, lagi apa? Terima kasih sudah membawaku ke sini, terima kasih sudah menyediakan alam yang luar biasa! Mampukan aku untuk dapat selalu menjaganya, ya Tuhan :)


Selesai foto-foto, begitu balik ke tempat keramaian yang ada, tau-tau udah liat Romo basah *o*
Tadi siapa ya yang sebelumnya bilang, "Aduh aku nggak mau ah basah-basahan..." (ngebatin)

Romo Yu jahilnya kelewatan, liat saya masih kering langsung berusaha untuk nyeburin....
(photo by: Ditha)

and he did it T__T well-done lah Romo.... :'0
(prok.. prok... prok.... tepuk tangan kecewa Mo, hahaha becanda)
(photo by: Ditha)

Niat awal yang ingin sehat selamat sentausa tanpa basah-basahan dari awal sampai akhir kegiatan di Pantai Indrayanti jelas-jelas gagal total dan sukses total digagalkan oleh ROMO YU. (capslock ah biar Romo merasa bersalah, eeeeeeeehhhh ampun Romo...)

Sehabis mandi, berganti pakaian, dan makan Pop Mie di salah satu warung di antara warung-warung lainnya yang berada di sepanjang pinggiran jalan raya, akhirnya rombongan kami berangkat pulang, langsung menuju Depok. Saya bersyukur bisa mendapatkan pengalaman yang menggembirakan ini. Tuhan memang sungguh-sungguh baik, di balik segala keinginan saya yang belum tentu saya butuhkan, rupanya Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi saya. Awalnya memang tidak sesuai harapan, namun dengan hati yang mau menerima dan selalu bersyukur atas apa yang didapat, maka kegembiraan yang tak ternilai bisa melingkupi saya.

Yos, Fanya, Natali mengucapkan, "Sampai jumpa, Indrayanti!"

Terima kasih Tuhan, ini adalah liburan pertamaku yang benar-benar istimewa! Ya, liburan pertama setelah satu tahun menajalani perkuliahan yang tidak juga ringan, liburan pertama setelah tahun lalu tidak sempat liburan karena sibuk mempersiapkan diri untuk ujian masuk PTN, dan menjadi awal keseruan lainnya di liburan kali ini. Terima kasih untuk semua teman-teman dari KMK UI chapter Vokasi, FISIP, FH, FPsiko, terutama untuk panitia (ih padahal saya juga panitia haha) yang sudah rela mempersiapkan acara ini, semaput bareng-bareng kalau nemuin masalah dan kekurangan, tapi dalam acara ini kebesaran Tuhan sangat kita rasakan, bukan? Terimakasih juga spesial untuk Romo Yu yang bersedia membimbing kegiatan ini, maaf ya Mo kalau saya kurang ajar dan kurang bagus dalam menjalankan tugas saya selama kepanitiaan ini. Terima kasih juga kepada teman-teman KMK UGM yang hadir dan berpartisipasi dalam gathering yang kami buat, seneeeeeeeengggg parrrraaaaaaaaaaah bisa kenalan sama cowok ganteng baru selain Jay dan Vio eeh maksudnya ketemu dan kenalan sama temen-temen KMK UGM semua hihihi.... Tak lupa terima kasih untuk pihak-pihak pendukung akomodasi dan transportasi, suster-suster dan ibu dapur Wisma Syantikara, juga bapak driver dan co-driver bus kami yaitu Pak Joe dan Pak Tedi. Mohon maaf Pak, kalau saya sempat emosi sama bapak, habisnya bapak nyetir bus jago banget selap-selip sampe bikin hati saya cenat-cenut-you know me so well lah ........



Salam penuh syukur,
F.


P.S.:
Ini! Bus kami! Kece ya, warnanya. PINK! Udah mirip stand mic-nya Raisa aja kan. Mungkin Kakak Yaya (Raisa maksudnya) mau beli bus kayak gini untuk tur ke kota-kota di seluruh Indonesia? Apa? Masih sayang sama mobil Innova hitamnya sama Grandmax silver untuk personel band pengiringnya? (ketahuan banget sering nontonin Raisa yang mau masuk mobil pasca konser) Oke deh Kak Yaya, ini busnya mau saya sewa duluan kalau saya udah ngartis, trademark stand mic pink biar menjadi milik Raisa seorang, saya mah bus pink dong :P

pardon my feet and calves, bengkak-bengkak kayaknya karena kebanyakan duduk sepanjang perjalanan liburan ini atau karena kebanyakan berdiri mungkin ya?