30.10.12

Tanganku Sayang Tanganku Malang

Allllloooooow cemuahnyaaaaaaaw!
Bosen bergalau-galau, perkenankanlah saya beralay-alay kali ini. Mihihihiks. Ya alaynya sih yang sederhana-sederhana aja lah ya. Tenang-tenang, setidaknya alaynya masih pakai huruf latin tanpa dibubuhi angka arab sehingga tidak terlalu sulit dipahami. Oke?

Jdiie, uddaa ciyaaaaps blunth niiiech? *yowohastapiruloh* Ttuuu waaa gggaaa paaath cewkidowt!








Ngerti ga nih?
Apa? Ngerti?
Selamat! Andalah generasi alay berikutnya! *tepuk tangan garing*


Anyway, maafin tangan aku ya Pembaca Budiman, tanganku hari ini sedang alay sekali karena kecapekan, maklum, hari ini ulangan Sejarah dan Agama di mana kita dituntut untuk menjawab soal soal yang naujuhbilehalaihimgataugimananihjawabannyaadaapakagaksebenarnya dalam tempoh yang sesingkat-singkatnja. Daaaaaaaan.... Sejarah itu pelajaran sebelum Agama. Nonstop tangan gue dan kawan-kawan yang lain keriting mambo. Payahnya adalah ketika ngerjain ulangan Agama tiba-tiba aja tangan kanan yang saya pakai untuk menulis malah kram. Oh doubleUowdoubleU *WOW* nyam nyam sekali paniknya mengingat masih ada dua nomor essay kosong sementara waktu tinggal 10 menit. Saat kejadian kram berakhir, selain vocalizing tiap pagi di kamar mandi, gue pun berencana untuk menjadwalkan hand-stretching secara khusus di saat gue sikat gigi. *krik.

Tangan-tangan unyuku yang bulet-bulet jarinya kayak kue klepon agak lonjong ini kembali beraksi untuk melakukan gerakan-gerakan cute saat menyanyikan lagu "Cingcangkeling" saat pelajaran Bahasa Sunda, di mana gerakannya adalah gerakan mengepak tangan seakan-akan mengepak-ngepak sayap kecil yang nempel ama ketek ibarat sayapnya Angry Bird yang hampir rata sama badannya gitcuh ditambah dengan gelengan ala Sha Rukh Khan wuidih nampaknya.kami sekelas adalah Angry Bird.made in Bollywood. Kece.

Puas berjoget, ketika pelajaran Bahasa Indonesia tiba, penderitaan tangan-tangan ini kian berlanjut dengan acaraaaaaaaaaaaaa..... Marathon nulis. Ibu Agnes izin tidak mengajar hari ini karena masih berduka atas wafat Ibundanya tercinta. Jadilah kami sekelas hanya mengerjakan uji kompetensi yang wuiiiii biasa aja sih ga banyak-banyak amat tapiiiiiiii gue ngerjainnya 30menit terakhir sebelum bel belum lagi ditambah gosip hahahihihuhuhehehoho yang oh tentu saja menghambat kinerja mengerjakan latihan. Hahahahahahahahahahahahahahahahaduhguejayusajapakebangetlahyah.



Hari ini adalah hari menulis halus nampaknya. Tapi bohong banget kalau halus mah atuh, mana mungkin bisa halus kalau ngebut nulisnya udah kayak semut merah balapan.







Mending ngetouch touch hape aja deh sambil ngepost blog :P
-F

28.10.12

Mom Never Let Her Little Beautiful Angel Keep The Pain Alone

Sesudah memposting postingan sebelumnya, dengan menarik napas panjang, gue berusaha sekuat tenaga untuk turun tempat tidur, keluar kamar, dan turun ke lantai bawah, di mana ada nyokap yang pagi-pagi sudah nyemil kripik singkong balado sambil bermain-main dengan Rocky.

"Jam berapa ini, De?" nyokap nampak takjub dengan hadirnya gue di subuhnya versi Minggu.

"6.15," gue santai aja jawab dan meneguk segelas air putih. Lalu segelas lagi. Lagi. Lagi. Sumpeh gue pengen banget membuat gue kembung sehingga memaksa mata untuk mengeluarkan sedikit saja airnya.

Dan nyokap memandangi gue. Dan gue memandangi nyokap. Dan kita tatap-tatapan mirip film India. Cuma bedanya ngga ada backsound dan teks karaokeannya aja.

"Bu,"
"Apa? Jadi udah jadian?"



Dan seketika air mata gue jatuh deras membanjiri pipi tembem. Ibarat bukit marshmallow yang setelah sekian lama kering kembali dihujani. Dan seketika gue nyerocos menceritakan semuanya, jujur apa adanya, menumpahkan apa yang pengen gue tumpahin, apa yang pengen gue selesaikan dari sekarang.

"And from the first time, I should listen to you, Mother, cause you know everything about this situation better than me. Aku malu bu, malu sama ibu, harusnya aku ga tolol dari awal. Aku malu karena ternyata ibu benar dan aku salah."


Wisely, she - ibu- told me this:

"Inilah gejolak anak muda. Sudahlah, kalau muda-mudi emosi pasti ga bisa mikir jernih dan selalu membuat keputusan tergesa-gesa, ga dipikir. Nanti ujungnya penyesalan."

"Kamu sabar aja, terima aja dulu. Kalau memang harus berakhir ya sudah ga apa-apa berakhir. Kalau udah memang jalannya, mau gimana, ya kan?"





"Jadi kamu nggak mau berakhir? Ya sudah. Tapi jangan nangis.. "

Dan bukannya diam gue semakin nangis. Menangisi betapa menyedihkannya gue. Gue ini naif apa goblok? Hidup gue selalu dipenuhi sama dongeng Cinderella dan sama magical words of Disney but.... This is life.. Real life. Terimakasih bu, akhirnya you make me cry and let me to share this sadness with you. Legaaaaaaa... Sedikit.





Dan ibu gue ke pasar. Dan gue lagi duduk di sofa di kamar. Sambil bikin postingan dan denger-denger galau. Dan air mata terus menerus jatuh deras. Dan akhirnya mata dan hati sukses berkoordinasi. Dan akhirnya tumpah apa yang pengen gue tumpahkan.











"When will I see you again? You left with no goodbye, not a single word to say...."

"Kucoba meraih mimpi kau coba tuk hentikan mimpi..."

"Yesterday, all my troubles seem so far away. Now I need a place to hide away...."

"Berat tuk ingkari semua tentang kamu, semua tentang kita..."

"Bilakah kau tahu, ketika kau jauh, menangis hatiku? Setiap ku memanggil namamu tiada lagi hadir untukku... Bila ku katakan kini arti hadirmu di sini, mungkinkah kau kan kembali, bersama dengaku?"

"Tegak berdiri di depanmu kini, sakitnya menusuki jantung ini, melawan cinta yang ada di hati, dan upayakuu tuk tahu diri tak selamanya berhasil..."

"Beri cinta waktu untuk memahami, untuk meyakini; bila esok yang kan terjadi, semua indah kan terjalani...."





Dan kini aku masih bertahan and so sorry, you can't stop me now.
-F

And Finally The Tears Were Falling Down

Akhirnya tadi malam saya nangis dong. Penting? Oh iya, ini headline news. Ngga banyak-banyak sih. Setetes dua tetes dan kering lagi.




Ada apa dengan hati gue? Kenapa hati ini terlalu tabah sementara.gue rasanya sakit banget asli. Koordinasi organ tubuh gue rasanya galau dan kacau. Gue ngga bisa untuk menahan ini tapi gue juga ngga bisa menumpahkan isinya, setidaknya lewat nangis.


So what should I do? Mukul samsak? Banting handphone? Oh I just want make it simple, as simple as crying......




Dan udah ngga ada lagi lagu galau yang bisa nolong gue.
Plis mata. Hei hei could both of you just be cooperative with me? I am sad. I want to cry. It hurts me so to resist this pain. Let me cry!





















Whyallthingsaboutyouandmeshouldbeendedlikethis? IjustwantyoutoknowthatI'llnevergiveuponthiseasilybecauseI'mafraidIcan'tthrowmyhopesmydreamsaseasyasyousaytooveraboutthis
ButmaybesomedayIcansopleasedon'tpushmetodoitrightnowjustletGodandthetimetoworkonthissituation.

Akusayangkamu.
F.

20.10.12

Is It Too Late To Apologize, Huh?

Terkadang untuk memulai percakapan lebih dahulu itu sulit.
Tapi lebih sulit untuk berbesar hati untuk meminta maaf duluan.
Dan lebih sulit lagi untuk memaafkan lebih dulu mendahului orang yang bersalah terhadap kita meminta maaf.













Masihkah ada waktu untuk meminta maaf?

19.10.12

Karena untuk Menjadi Seorang Trendsetter Itu........

1. HARUS SIAP UNTUK JADI SOROTAN MATA PARA FOLLOWERS
Oh iya ini syarat mutlak dan hakiki sekali *nyah, bahasanya atuh euy*. Segala bentuk sikap, perbuatan, kepribadian, karya, ide, penampilan, bakal menjadi kiblat bagi para fans untuk bertingkah laku. Jadi, even itu gaya mengupil Anda sekalipun, kalau Anda memang seorang trendsetter sejati niscaya followers Anda akan senantiasa bertekuk lutut mengagumi the art of mengupil milik Anda.

1. HARUS SIAP DIJIPLAK
Pasti! Banget! Bagaimanapun juga, secara riil, Anda adalah 85% kiblat para followers dan 15% inspirasi  para followers. Dan perlu diketahui bahwa antara kiblat dan inspirasi adalah hal BERBEDA meskipun meiliki sifat mirip-mirip nyerimpit 11,05 sama 11,95. Kadang-kadang banyak orang yang bermaksud ingin mengambil inspirasi dari Anda malah terang-terangan menjiplak. Kesel kan? Ya tapi inilah resiko Anda sebagai seorang trendsetter.

1. HARUS LEGOWO BAHWA ANDA PUN SUATU SAAT DI JAMAN DAHULU PERNAH BERBUAT YANG SAMA
...yaitu menjiplak. Ya karena Anda juga bermaksud ingin mengambil inspirasi dari idoala Anda tapi Anda malah terang-terangan menjiplak. Ya mungkin Anda tidak sadar akan hal yang Anda lakukan karena Anda mengganggapnya sebuah kewajaran. "Nyontek mah wajar...." atau "Ya kesamaan itu adalah sebuah hal yang tidak disengaja. Jadi ya wajar......" Kalau hal-hal semacam ini senantiasa diwajarkan ya wajar banyak copycat dan perang hak cipta dimana-mana :P






Kok perasaan ini poinnya nomer satu semua ya?
IYA.
KARENA SEMUA INI PENTING UNTUK DIKETAHUI.
hahahahaha









Oke deh, posting hari ini cukup sekian. Lagi bad mood, lagi kesel, lagi gondok, lagi jayus.


Trus harus koprol sambil bilang WOW gitu?

Ngga harus. Anda harus promote blog ini ke orang-orang di sekitar Anda, Pembaca Budiman. Gyahahahhaahahahahahahahah!







Salam kecut---lagi kesel tapi tetep cute *hoek maksa*
-Fanya, seorang yang bukan trendsetter tapi udah dijiplak abis-abisan :O

15.10.12

Fase Flat

Kalau akhir-akhir ini ketemu kerabat yang sudah sekian lama tak berjumpa, kalau ngecek fb atau twitter kemudian ada wall dari saudara atau mention dari teman lama, yang seluruhnya menanyakan hal yang sama:

"Apa kabar, Fanya?"

Gue jawab dengan kata baik tak lupa dengan tanda titik dua plus kurung tutup.

Tapi, sesungguhnya saya nggak baik-baik saja.




***


Tapi bukan berarti buruk. Tapi bisa dibilang emang lagi setengah terpuruk. *lah ini plin plan banget maksudnya apa ini*.

Perasaan saya lagi kacobalobolobolo, Pembaca Budiman. Ngambang. Antara sedih, seneng, sakit, marah, udah ga jelas ekspresinya; kadang mau ngekasong mukanya kayak habis didudukin gajah *baca: lecek*, nangis bisa sambil ketawa, marah tapi senyam senyum minta digampar, rasanya syaraf muka saya ini udah ga nyambung sama hati.

Yang parahnya adalah 2 minggu ini saya sedih dan ga bisa nangis. Mmm tunggu, kayaknya saya udah pernah bilang, udah belum sih? Ya pokoknya itu lah. Intinya adalaaaaaaaah.... nyesek ga sih rasanya kalau ada kesedihan yang ngga bisa terlampiaskan dengan acara menye-menye yang kerap kali menguras banyak energi dan berefek pada mata bengkak dan idung merah ingusan?


Asli ga bisa nangis gue. Bahkan yang biasanya makan Moring aja gara-gara cabe bubuk yang nyegrak ga keruan bisa bikin sedih dan menitikkan air mata, makan seblak yang pedesnya naujubileh iblis bener dah, cimol, sampai cengek digadoin pun ga ada yang mampu bikin gue nangis.



Apa jangan-jangan air mata gue habis? Jangan atulah.


Jadi, sekarang kalau orang nanya, "Apa kabar, Fanya?"

Gue udah punya jawaban.
"Flat."



Jujur nih, awalnya saya sedang dirundung galau. Perasaan galau mulu ya gue tapi ini serius deh, dibandingkan dengan masalah keluarga, pertemanan, percintaan *uhuk keselek*, nilai mid semester, ada satu faktor yang bikin saya, si anak gahol yang suka ga diwaroan karena terlalu garing, menjadi superduper galau karenaaaaaaa... Engh kasitau ga yaaaaa? *eaa remaja labil mulai ngejayusnya* karena..karena...karena.....karena..





Saya gagal mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi ke Jakarta setelah SMA.







Beneran. Ga bohong. Buat apa bohong. Saya tau saya pesek tapi maaf saya tidak akan pernah memancungkan hidung saya dengan cara haram macam Pinokio yaitu berbohong. Waktu nyokap gue kasihtau ooo tentu saja beliau geger sekali, ribut, heboh tak menentu hingga akhirnya membuat saya tergerak untuk berujar, "Ya sudah lah, Bu, ngga usah riweuh, aku aja yang daftar, yang ngalami, biasa aja, ga gimana-gimana banget."






But of course I'm very very VERY not feeling good at all, Mom. I'M VERY VERY VERY NOT FEELING GOOD AT ALL, HEY WORLD. I'm not strong enough to hold this feelin' and honestly to pretend that everything's ok, everything's in the right way, it is tiring.


Dan rasanya gue putus asa hingga berani-beraninya bertanya "why God? Whyyyyyyyy????"

Dan rasanya amat sangat tidak adil kalo gue mau nyalahin Tuhan. Ya kan? Bisa disentil gue jadi asep DAMRI.





Tapi akhirnya, sambil dengerin lagunya Maliq & d' Essentials yang Mata, Hati, Telinga, gue kembali diingatkan pada satu pesan bahwa sesuatu yang kita inginkan bukanlah selalu apa yang kita butuhkan. Kasat mata mungkin doa gue ga terkabul tapi menurut gue sih ada yang lebih bisa dikabulin karena sesuai deng rencana Tuhan. Mungkin kali ini Tuhan lebih mengabulkan doa orang lain, bukan hanya doa dari orang-orag yang dapat beasiswa itu..


Bisa saja kan, Tuhan mengabulkan doa orang yang memohon supaya gue bisa kuliah di Bandung saja? Jangan jauh-jauh, jangan menjauh, mungkin.... Who knows? :)



So, setelah merefleksikan hal ini, gue akhirnya menjadi flat. Lumayan kan peningkatan tuh dari fase galau ke tahap ini tuh udah perjuangan lho, jangan salah hahahahah. Tapi emang nggak bisa menghapus kepahitan secara cepat kilat juga kan? Nyesek pasti iya, but life's must go on, isn't it? Maka dari itulah saya jadi flat aja dah, ga galau dan belum ceria. Semoga besok ada peningkatan fase deh dari posisi flat gue ini, apalagi besok ada pelajaran berenang, gue berharap kekusutan pikiran ini bakal luntur, keluar lewat rambut dan pori-pori dan larut bersama air berkaporit dan ber CH3COOH dari yataulahyahureadarimanahahajijiksekalikalaudibayangin yang pada akhirnya akan memuai dan membumbung jadi awan di langit sana yang suatu saat nanti bakal balik lagi ke bumi dalam rupa berbeda; dalam hujan, dalam hujan berkat semoga aja :)


So, yes it is said that "Life's never flat" but please beware because sometimes in our real life we can be stuck on this flat phase unexpectedly. Selanjutnya kembali lagi kepada kita, ngeflatnya mau lama mau bentar hayo. Saran aja nih ngeflat lama-lama ga enak. Sama aja kayak galau kalo lama-lama bikin kepala gatel. :)


Selamat malam
-Fanya

14.10.12

Menghadapi Orangtua yang Menuju Tua

Halo.
Sekilas judul ini rasanya nampak durhaka sekali ya, mengatai orangtua sebagai orang yang sungguhan tua.

Tapi ini adalah fakta yang baru saja saya sadari.
Bahwa orangtua saya tidak muda lagi.
Tidak semuda yang dibayangkan.
Tidak semuda yang didambakan.
Tidak semudah yang saya kira untuk memahami jalan pikiran beliau-beliau berikut.
Ya benar-benar kerasa bahwa orangtua gue sekarang udah tua secara harafiah.


Ya gimana enggak tua.
Bapak ibu saya ini sudah menginjak usia kepala 5 lho, Pembaca Budiman.
Di mana saya masih kelas duabelas.
Usia 17 tahun 7 bulan.
Dan jomblo.
Sementara di belahan dunia lain nggak sedikit bapak-bapak ibu-ibu yang sudah bercucu dua di usia emas mereka.


Singkat kata, gue kepingin nikah dan beranak dua merasa kesulitan untuk berhadapan dengan beliau-beliau ini. Ya kembali lagi, di mana usia mereka 53 dan 51kurang11hari dan gue 17. Mereka labil menuju tua. Gue labil ga tau mau ke arah mana.
Sebenernya sih ya, yang paling terasa banget adalah kondisi fisik bokap ama nyokap yang emang lumrah kali ya buat orang berumur 50. Ngeliat dan nginget-ngingetnya *kayak gue nih sekarang mau nulis tentang perubahan fisik apa yg terasa dari mereka* rasanya itu campur aduk, sedih, kesel, yeaaaaah it's like I want to say, "Ih ampun tobat gue" or "Yah, kasian..." or "Yowoh ribet banget sih bokap nyokap!" or "Please God, jaga kesehatan ibu sama bapakku selalu". Bingung gitu. Semakin hari semakin terasa ortu gue juga makin sensi boo. Mantapnya lagi, gue yang jadi korban sensi beliau-beliau duluan, apa-apa yang disemprot gue dulu. Hmm, mancap.

Ini edisinya curhat ya, Pembaca Budiman.

So first, let me tell you about my father's changing.
Bokap umurnya udah 53 tahun 7 bulan. Dulu bokap jaraaaaaaaaaaaaaaaaaaaang banget marah-marah. Lah sekarang dikit-dikit marah. Laper aja marah. Bayangin. Laper ya makan, bukan marah, bukan update twitter pake hashtag #laper #galau, atau bukan malah nonton Master Chef buat menghalau rasa lapar *soalnya yang ada makin lapar*. Kayak gitu. Belum lagi bokap kalo dengerin kalimat, atau penjelasan, atau permintaan tolong itu suka motong. Jadi gue belum selesai ngomong bokap udah bilang, "oh iya iya ngerti, De, ngerti." padahal gue yakin bokap itu belum tau maksudnya gue. Inilah yang bisa menjadi percikan kesalahpahaman antara kami. Terus bapak saya ini sukanya menampik kebenaran. Eh, maksudnya? Iya kalau diajak dialog itu susaaaaaaaah banget terima kenyataan kalo bokap udah kalah telak buat debat sama gue, padahal gue aja ga serius ngajak debat. Gimana mau serius, kita cuma ngedebatin masalah tukang kupat tahu langganan, apakah tukang kupat tahu itu pindahnya ke daerah A atau ke daerah B. Tapi bokap serius banget, kalau dia keukeuh abang kupat tahunya ada di daerah A sementara gue tau bener bahwa si tukang kupat tahu mangkalnya sekarang di daerah B, tetep aja bokap bilang, "enggak De, enggak! Itu tuh di daerah A!" Beuh. Diuji banget kesabaran gue, ya nggak sih?  Susah deh. Kalau habis debat pasti suasana menjadi tegang alias bokap ngambek. Ampun, gue diambekin demi tukang kupat tahu, siapa coba yang ga sedih? :[

Selain itu, bokap makin hari makin kepo. Tau sih, kepo is care, tapi please adoh bapak, hobinya itu ngecek inbox hape coba. Tapi untunglah sejak saya ganti pake android, bokap jarang kepoin hape saya. Soalnya bokap gaptek, hahahaha. Tapi bokap jadi berisik, kalau hape bunyi, mau bunyi telepon, mau bunyi sms, alarm, langsung deh, "Adeeeee!! Hapenya bunyiiiii!" trus sambil dilongok2 hape saya. Even ketika gue lagi nyuci piring di dapur dan hape bunyi karena ada SMS masuk, sekonyong-konyong babeh bawain hape gue ke dapur, "De, ini bunyi. SMS ya? Mau bapak bacain?" Oh tentu saja jawaban gue adalah NO WAAAAAAY. Tapi ya enggak sefrontal itu. Dan yang paling ajaib adalah ketika gue mandi.
bapak: *ketok pintu* "De, hape kamu bunyi."
gue: *dari dalem kamar mandi* "bwunyiinyaaaw aphaaw?* ---- efek gema suara
bapak: "Cuma kayak 'tik-tok' udah gitu doang sih."
gue: "bwiiiwhaarin jaaa ithu cumhha essemes" ----- ini sebenernya efek gema apa gue alay sih? *aduh plis*
bapak: "Okay"
*30 detik kemudian*
bapak: *teriak dari ruang tv* "Bunyi lagi tuh, Deeee!! Ini SMS lagi ya??????"
gue: *sigh* *teriak dari kamar mandi* "Iyhaaaaaa ghapaawpaah bwiiiwhaarin jaaa!!!!!"
bapak: "De, ini sms de. Hapenya bunyi!!!!" *bokap ga denger gue*
gue: *buru-buru bilas rambut dengan kecepatan kilat supaya segera bisa memastikan ke bapak bahwa SMS bukanlah bom waktu sehingga ketika kita mendapatkannya tidaklah harus segera dijinakkan* Tapi kejadian-kejadian di atas tidaklah terlalu seberapa. Memang bikin kesel tapi keselnya itu ngangenin, soalnya ya lucu juga bokap konyol setengah wuedyan haha.

Yang bikin gue miris adalah rasanya motorik bokap sedikit hilang. Ya ngga bener-bener ilang. Maksudnya adalah di mana bapak saya sudah tidak seimbang lagi kalau naik motor. Sebenernya kayak gini sih menurut gue adalah bokap itu orangnya ga sabaran, apa-apa pengennya cepat tanpa mau buru-buru, nah loh bingung kan? Kayak kemarin waktu nganter ke sekolah, atau tadi pagi waktu ke gereja subuh-subuh jam 5, gue tau bokap masih berjiwa muda dan berjiwa Valentino Rossi tapi sayang keadaan fisiklah yang memaksanya tidak bisa. Kalau ngehindarin lubang, atau saat merapat dalam macet bersama segenap pengguna jalan raya lainnya, gue ngerasa korelasi bapak antara menarik rem, ngegas, sama kaki turun ke aspal itu udah ga semulus ketika bokap melakukan perbuatan yang sama 3-5 taun ke belakang. Jadi, ya nggak jarang motor pun jadi oleng, olengnya itu ya sampe gue buru-buru lompat turun dan berusaha membantu bokap mengangkat motor dan meluruskannya kembali meski bapak paasti bilang, "Jangan De, jangan, berat, udah udah, udah bisa ini." Sedih gue, sedih aslinya. Kesedihan gue campur was-was sekarang. Was-was sama keselamatan gue ataupun kakak gue ataupun nyokap gue ataupun orang yang dibonceng bokap, dan tentu saja sama bokap sendiri. Apalagi bokap masih suka bolak-balik Bandung-Cirebon, atau Bandung-Sukabumi, atau Bandung-Serang, atau Bandung-Jakarta. Duh, please deh bapaaaaaaaak. :'(




Lain lagi sama nyokap.
Terasa banget bahwa nyokap sekarang bangunnya lebih siang. Iya sih, soalnya kerjaan ibu kita yang satu ini di pabrik berat juga, dan menguras energi. Tentu saja untuk seseorang yang berumur hampir 52 taun ini pasti dibutuhkan waktu ekstra untuk beristirahat.

Nyokap juga sekarang suka lupa matiin kompor. Jadi ibu saya ini memang sudah lama merangkap jadi ibu rumah tangga dan wanita kantoran. Jadi kalau pagi-pagi buru-buru masak buat sarapan sekaligus makan siang, baru deh nyokap cao buru-buru mandi dan ngantor. Atau bahkan sambil ngerebus apa nyokap sikat gigi dulu, trus sikat gigi beres angkat rebusan dari kompor baru mandi. Pokoknya bener-bener multi-tasking dalam urusan dapur dan kamar mandi di pagi hari.Tapi baru-baru ini, di suatu sabtu pagi yang dingin, nyokap lupa lagi manasin minyak di kompor ampe tu minyak jadi mendidih dan voila ada api di atas pan di atas kompor yang masih nyala, di mana nyokap sedang mengoles selai kacang di atas roti di ruang makan, kakak saya, Mbak Retha, sedang mengocek susu, anjing saya sedang menggonggong minta dikeluarkan dari kandang, dan saya sedang pakai kaos kaki sembari membaca buku Sejarah dan komat-kamit sendiri karena memang di hari itu saya ada Mid-Term mata pelajaran Sejarah di sekolah. Apinya lumayan besar, tapi untungnya sebelum menjalar kemana-mana udah sukses dimatikan dengan kain keset basah. Api itu cukup membuat kami bertiga syok, membungkam anjing saya untuk diam dan berhenti menggonggong, membuat saya mengganti komat-kamit hapalan Sejarah menjadi komat-kamit doa, dan mengubah pagi yang dingin jadi sedikit.................... hangat.

Yang jelas ibu saya juga bertambah sensi.Yang pertama di sensiin pasti bokap. Mengingat bokap sering di luar kota jadi gue deh yang jadi pelampiasan. Suka heran, anaknya itu ada tiga tapi kenapa harus gue duluan sih yang disemprot? Bentar, perlu gue ralat, bukan semprot kayaknya, tapi diguyur. Kalau udah ngomel itu bertubi-tubi, ampe nakalnya gue yang jaman SMP pun bisa keungkit lagi. Dan tanpa mau dengerin penjelasan yang sebenernya. Pasti saya cuma dibilang, "Alasan melulu kamu, De!" Paling sedih adalah dimarahi karena sesuatu yang bukan perbuatan gue, misalnya ada tas berantakan langsung deh ibu bilang  "Ini maksudnya apa ini De, digeratakin di sini?" tanpa tahu itu tas siapa dan siapa yang nggeratak, tanpa mau tahu   ketika saya berusaha bilang, "Itu punya Mbak Retha, itu punya Mbak Fina". Yang bikin sedih nya itu kakak-kakak saya juga kayak yang seneng gitu liat saya diguyur dengan omelan dan berasa aman gitu ya bukan dia yang diomelin sehingga ga berusaha juga untuk bilang "Itu punyaku. Aku yang nggeratak. Bukan Ade." Dan bahkan untuk topik omelan tertentu, kakak gue ga pernah belain gue, yang ada ikut-ikutan nyeletuk buat ngomelin. Sediiiiiiiiiiiiiiiiiiiih T.T. Sedih, sedih dimarahin dan lebih sedih lagi karena ibu ini sukanya marah salah sasaran, harusnya untuk masalah A saja, tapi beliau ikut marah untuk masalah B, C, D, E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z yang sebenernya ga nyambung sama urusan A dan tidak perlu dikomentari dengan teriakan dan ambekan. Berapa coba energi ibu yang terbunag sia-sia dari acara marah-marah tersebut?

Nyokap juga keras kepala dan susah banget diajak debat. Persis banget kayak bokap. Cuma masalah yang diperdebatkan itu bisa macem-macem, bukan hanya masalah-masalah konyol macam antara gue dan bokap dan tukang kupat tahu. Lebih complicated. Asli kusut, kayak benang sepanjang 500meter yang kusut nyangkut-nyangkut di kawat duri berlistrik yang juga kusut. Dan ini yang paling bikin emosi gue meledak-ledak, antara kesel, sedih, pengen nangis, tapi masih inget status anak ga boleh durhaka dan surga di atas telapa kaki ibu. *sigh* :(




Dan terlebih-lebih saya sedih terhadap diri sendiri kalau gue harus tega untuk ngebales teriakan mereka dengan teriakan gue, dengan cemberutan gue, manyunan gue, gerutuan gue. Kenapa fase orangtua menjadi tua ini berbarengan dengan fase labil saya sebagai remaja 17 tahun? Sedih kalau harus saling ngotot, selisih paham, susah untuk ngalah, kadang-kadang manusia itu gamau ngalah karena manusi tersebut sering menempatkan harga diri di tempat yang salah bukan?




Seiring gue menulis postingan blog ini, dan baru aja gue diomelin lagi sama nyokap karena manteng nulis blog yang menurut nyokap gue jadi cuek dan apatis dengan keadaan rumah gara-gara blogging, gue tiba-tiba menyadari dengan sendirinya, bahwa gue cuma harus bersabar, banyak berdoa, dan mengalah, dan berusaha menempatkan harga diri gue jauh di bawah perasaaan orang tua, perasaan bapak dan perasaan ibu, yang rapuh dan sewaktu-waktu bisa remuk. Jangan sampai hati mereka remuk redam cuma karena kelakuan anak males macem gue.

Ajaib ya Tuhan itu, bisa menyadarkan gue secepat kilat? Thanks God :')











Menuju dewasa itu menyakitkan yah ternyata. :l Gue berharap dengan sangat supaya fase ini segera berakhir. Sebenernya berharap agar jangan pernah dimulai, tapi mana bisa. It's human nature, isn't it? :)






Oke sekian, Pembaca Budiman, terimakasih atas kesediannya untuk membaca curhatan saya hari ini.

Salam manis sedikit pait campur asem ketek *hahahaha jijik Nyaaaa!*
-Fanya

10.10.12

Menyapa Oktober :)

Halo Pembaca Budiman!!

Kali ini perkenankanlah menyapa Anda semua dengan curhat hari ini yang diposting via blogdroid. Aciye si fanya androidan cing! *nyengirajadehgue*

Jadi, sesungguhnya, hari ini adalah tanggal 10, di mana merupakan waktu jatuh tempo untuk membayar SPP di sekolah-sekolah pada umumnya. Tanggal di mana ada seseorang yang pasti berulang tahun di suatu belahan dunia. Tanggal di mana menginjak H-100sekian menjelang UN 2013. Tanggal yang jatuh di hari Rabu di bulan Oktober. Tanggal di mana fanya tetap seonggok manusia jayus yang sibuk ngetik postingan di layar sentuh berukuran sekitar 5cmx6cm dengan ukuran jempol segede pisang ambon *huu lebe*

Well, pada hari ini entah mengapa gue kayak yang baru menyadari suatu kenyataan yang harus dihadapi dengan penuh lapang dada.

Gue kelas 12, bo.

Bayangin.
*bayangin dulu deh ama gue juga. Bayang... Bayang... Bayang... --apabgt*



Dan gue nyadar. Nyadar tiba-tiba. Serasa lagi enak-enak tidur mimpi lagi di dokter gigi dipasangin behel pegel-pegel geli linu gimana banget dan tiba-tiba ada bor gigi melayang menuju mulut dan mulai mengebor gusi secara sembarang sehingga memaksa untuk bangun dari mimpi secara mendadak dan berdampak pada acara terjungkal dari tempat tidur dan terjerembab ke lantai di mana kondisi lantainya basah gara-gara anjing piaraan yang pipis sembarangan.


Apa perasaannya coba?

Syok.

Dan seharusnya gue panik.

Gue sekolah tinggal.... Mmmm... 2 bulan lagi.

Dan pola belajar gue masih acak-acakan. Nilai masih bobrok ga karuan. Parah lagi masih bego ga tau mau kuliah apa, di mana.


Dan besok ulangan Matematika - Matrix.

Dan gue malah nulis blog dulu.

Dan gue belom mandi.

Dan ini udah hampir jam 7 malem.

Dan karya ilmiah gue pun stuck di bab 1 kagak maju-maju.

Dan gue jomblo.

Dan gue membuat seseorang patah hati dan hilang semangat.

Dan gue pilek.

Dan gue membuat orangtua resah memikirkan masa depan gue.

Dan gue mau bales sms dulu.

Bentar.....



.
.
.
.
.
.


Oke.
Dan gue memutuskan untuk belajar dulu.

Oke curhat jayus ga jelas ini sampai di sini saja.








Selamat malam di hari Rabu, Pembaca Budiman :)
-fanya

2.10.12

Nuansa Harkos

Halo.
Hai.
Eh ga penting yah mulai *gampar!!!*

Judul kali ini Nuansa Harkos. Baca, Nu-an-sa har-kos. Bukan Nuansa Bening. Itu mah judul lagu *eh kasong sih ya*.

Jadi, apa harkos itu?


Harkos. Ini bahasa gaul baru nih buat gue ngahahahahah. Iya dongs, saya juga baru ngerti ada kata macam ini gara-gara remaja unyu unyu labil yang kerjaannya tiap hari ngegalau trus ampe bawa-bawa gue ampe mention gue di twitter karena galaunya mereka yang sebenernye ane kagak faham dah penyebabnya *baca: temen-temen gue* suka nyebut-nyebt, "wah itu mah harkos" atau "diharkosin euy urang" atau "harkos deui... harkos deui...". Kehadiran kata harkos ini rupa-rupanya sukses menyaingi frase yang memiliki arti serupa yaitu Pemberi Harapan Palsu a.k.a PHP. Nah, istilah PHP ini bisa gue cerna setelah mendengar penjelasan singkat dari Key, temen di kelas. Awalnya denger-denger PHP ini ya karena liat update-an twitter orang-orang. Dan dengan polos gue menyimpulkan bahwa orang yang mulai update dengan "PHP" ini adalah orang laper, soalnya gue sempet ngira PHP ini kepanjangannya bakalan jadi Pizza Hut Panas. Ternyata, bukan.



TERUS HARKOS APAAAAAAAAAN???
Muter muter deh kalau mau ngomong nih si Fanya, sok riweuh mau ke Cimahi aja lewat Singapura dulu, ribet mau ngomong apa eh curhat ke mana dulu!



Haha. Sabar atuh coy.
Jadi nih ya, Pembaca Budiman... Harkos ini memiliki kepanjangan yang tak lain dan tak bukan adalah..... eng-ing-eng.... emmmmm kasi tau ngga yaa??? Pada mau tau aja ato mau tau badai????? *tendang gue bareng-bareng lah plis*
.
.
.
.
.
.
.
.
H.A.R.K.O.S
HARapan KOSong

Iya, seperti yang telah saya bilang, artinya sama seperti PHP. Dapat kita simpulkan bersama-sama bahwa PHP adalah subject-nya sementara harkos adalah noun-nya, tapi terserah penggunaan Pembaca Budiman masing-masing sih, misalnya nih ada yang bilang "diharkosin" nah pasti ngerti deh kalau maksudnya itu diberi harapan kosong, ya semacam itu. Atau kalau nemu kalimat "saya mah harkos lah" ya..... bisa diartikan semacam "oke, gue korban harkos" , ya macam itu lah, pasti ngerti. Pasti bisa. Bisa, bisa, bisa. Bisa garing *KRIUK*


Anyway. Gue sedang mengalami nuansa harkos. Posisi gue seakrang adalah di antara peng-harkos dan sebagai ko-harkos. Peng-harkos adalah pemberi harkos/PHP tadi, sementara ko-harkos adalah korban harkos. Sumfeh, keadaan macam ini bikin saya bingung gunung galunggung gulung-gulung lah *bosen pake frase "pusing tujuh keliling"* Nah loh. Tapi setelah gue renungi gue lebih condong sebagai PHP. Yowoh, jahat, keji, tak berperikemanusiaan, tak punya hati dan kurang hina apa lagi coba gueeeeeh???! *eitsaaaah ini lebay yah* Ya tapi gimana dong, jujur aja saya nggak ada niatan untuk ngeharkosin orang. Bener deh. Tapi kalau ada orang yang ngomong "harkos" .... asli gue sensi dan seketika saja galau. Tapi galaunya bukan mengingat betapa sedihnya diharkosin, tapi galau serasa disepet sebagai orang yang sungguh tega-teganya ngeharkosin. Aduh.

Tapi saya nggak mau ngeharkosin siapa-siapa. Beneran. Termasuk kamu, Xx. *eaaaaaa kesempetan curhat, ceileh*

Dan saya juga berdoa, menunggu, dan berharap semoga saya nggak diharkosin oleh siapapun. Beneran. Termasuk diharkosin kau, hei. *eaaaaak curhat lagi* *ih, ini teh jadi lieur* *ambigu ih si fanya* *naon atuh bos........ *hahaha**







Akhirnya, tips dari saya buat kalian para korban harkos:
Bersabarlah Nak, sabar.... Jadi kalau ada tanda-tanda harkos pasti rasanya mau nyerah kan? Tapi plis jangan sekedar ngelepasin gitu aja apa yang selama ini kalian ingin raih karena kalian ngerasa impian itu ngeharkosin kalian. Boleh sih dilepas, tapi cobalah diiringi oleh rasa sabar yang diimplementasikan dalam doa-doa kalian. Maka niscaya, Tuhan akan mendengar doa kalian dan biarlah Dia semata yang menjawab segala pertanyaan hidup harkos kalian. Tuhan tak pernah tidur, Pembaca Budiman, dan Tuhan always has His own way to make us happier then before, terutama sebelum diharkosin. Percayalah! ..... Ciyuuuuuuuuus iiiiiih mi nilai matematik aku sok lah. Jadi percaya aja makanya! Soalnya sudah terbukti...... oleh saya. B)


Tak lupa pesen saya buat para PHP.....:
STOP NGEHARKOSIN ORANG! diharkosin tuh rasanya ga enak tau. Pedih. SAKIT! serius deh.




Oke deh kalau gitu, jangan pada galau lagi yah masalah harkos-harkosan hehehe, oke temen gue yang di sana, Maria Dora Rosa, gimana gimana masih galau akibat nuansa harkos? *eh baca ga sih kamyuh, hahaha!*






Jika ada galau berlanjut, harkos berlanjut, hubungi saya ya Pembaca Budiman. Mention aja di twitter :)
-Fanya