15.10.12

Fase Flat

Kalau akhir-akhir ini ketemu kerabat yang sudah sekian lama tak berjumpa, kalau ngecek fb atau twitter kemudian ada wall dari saudara atau mention dari teman lama, yang seluruhnya menanyakan hal yang sama:

"Apa kabar, Fanya?"

Gue jawab dengan kata baik tak lupa dengan tanda titik dua plus kurung tutup.

Tapi, sesungguhnya saya nggak baik-baik saja.




***


Tapi bukan berarti buruk. Tapi bisa dibilang emang lagi setengah terpuruk. *lah ini plin plan banget maksudnya apa ini*.

Perasaan saya lagi kacobalobolobolo, Pembaca Budiman. Ngambang. Antara sedih, seneng, sakit, marah, udah ga jelas ekspresinya; kadang mau ngekasong mukanya kayak habis didudukin gajah *baca: lecek*, nangis bisa sambil ketawa, marah tapi senyam senyum minta digampar, rasanya syaraf muka saya ini udah ga nyambung sama hati.

Yang parahnya adalah 2 minggu ini saya sedih dan ga bisa nangis. Mmm tunggu, kayaknya saya udah pernah bilang, udah belum sih? Ya pokoknya itu lah. Intinya adalaaaaaaaah.... nyesek ga sih rasanya kalau ada kesedihan yang ngga bisa terlampiaskan dengan acara menye-menye yang kerap kali menguras banyak energi dan berefek pada mata bengkak dan idung merah ingusan?


Asli ga bisa nangis gue. Bahkan yang biasanya makan Moring aja gara-gara cabe bubuk yang nyegrak ga keruan bisa bikin sedih dan menitikkan air mata, makan seblak yang pedesnya naujubileh iblis bener dah, cimol, sampai cengek digadoin pun ga ada yang mampu bikin gue nangis.



Apa jangan-jangan air mata gue habis? Jangan atulah.


Jadi, sekarang kalau orang nanya, "Apa kabar, Fanya?"

Gue udah punya jawaban.
"Flat."



Jujur nih, awalnya saya sedang dirundung galau. Perasaan galau mulu ya gue tapi ini serius deh, dibandingkan dengan masalah keluarga, pertemanan, percintaan *uhuk keselek*, nilai mid semester, ada satu faktor yang bikin saya, si anak gahol yang suka ga diwaroan karena terlalu garing, menjadi superduper galau karenaaaaaaa... Engh kasitau ga yaaaaa? *eaa remaja labil mulai ngejayusnya* karena..karena...karena.....karena..





Saya gagal mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi ke Jakarta setelah SMA.







Beneran. Ga bohong. Buat apa bohong. Saya tau saya pesek tapi maaf saya tidak akan pernah memancungkan hidung saya dengan cara haram macam Pinokio yaitu berbohong. Waktu nyokap gue kasihtau ooo tentu saja beliau geger sekali, ribut, heboh tak menentu hingga akhirnya membuat saya tergerak untuk berujar, "Ya sudah lah, Bu, ngga usah riweuh, aku aja yang daftar, yang ngalami, biasa aja, ga gimana-gimana banget."






But of course I'm very very VERY not feeling good at all, Mom. I'M VERY VERY VERY NOT FEELING GOOD AT ALL, HEY WORLD. I'm not strong enough to hold this feelin' and honestly to pretend that everything's ok, everything's in the right way, it is tiring.


Dan rasanya gue putus asa hingga berani-beraninya bertanya "why God? Whyyyyyyyy????"

Dan rasanya amat sangat tidak adil kalo gue mau nyalahin Tuhan. Ya kan? Bisa disentil gue jadi asep DAMRI.





Tapi akhirnya, sambil dengerin lagunya Maliq & d' Essentials yang Mata, Hati, Telinga, gue kembali diingatkan pada satu pesan bahwa sesuatu yang kita inginkan bukanlah selalu apa yang kita butuhkan. Kasat mata mungkin doa gue ga terkabul tapi menurut gue sih ada yang lebih bisa dikabulin karena sesuai deng rencana Tuhan. Mungkin kali ini Tuhan lebih mengabulkan doa orang lain, bukan hanya doa dari orang-orag yang dapat beasiswa itu..


Bisa saja kan, Tuhan mengabulkan doa orang yang memohon supaya gue bisa kuliah di Bandung saja? Jangan jauh-jauh, jangan menjauh, mungkin.... Who knows? :)



So, setelah merefleksikan hal ini, gue akhirnya menjadi flat. Lumayan kan peningkatan tuh dari fase galau ke tahap ini tuh udah perjuangan lho, jangan salah hahahahah. Tapi emang nggak bisa menghapus kepahitan secara cepat kilat juga kan? Nyesek pasti iya, but life's must go on, isn't it? Maka dari itulah saya jadi flat aja dah, ga galau dan belum ceria. Semoga besok ada peningkatan fase deh dari posisi flat gue ini, apalagi besok ada pelajaran berenang, gue berharap kekusutan pikiran ini bakal luntur, keluar lewat rambut dan pori-pori dan larut bersama air berkaporit dan ber CH3COOH dari yataulahyahureadarimanahahajijiksekalikalaudibayangin yang pada akhirnya akan memuai dan membumbung jadi awan di langit sana yang suatu saat nanti bakal balik lagi ke bumi dalam rupa berbeda; dalam hujan, dalam hujan berkat semoga aja :)


So, yes it is said that "Life's never flat" but please beware because sometimes in our real life we can be stuck on this flat phase unexpectedly. Selanjutnya kembali lagi kepada kita, ngeflatnya mau lama mau bentar hayo. Saran aja nih ngeflat lama-lama ga enak. Sama aja kayak galau kalo lama-lama bikin kepala gatel. :)


Selamat malam
-Fanya

No comments:

Post a Comment