Hari ini pengumuman SBMPTN 2015. Banyak kenalanku yang mengupload foto hasil pengumuman tersebut, baik milik sendiri atau milik adik/anak/kakak/pacar/kerabatnya yang lain di media sosial masing-masing, kebanyakan di Path dan Instagram, yang muncul juga di Facebook karena terintegrasi dengan 2 akun medsos tadi.
Lamunan malam membawaku melesat mundur ke 8 Juli 2013, hari di mana hasil SBMPTN 2013 diumumkan. Kuingat betul di pagi harinya aku pergi ke sekolah untuk cap 3 jari, bercengkerama dengan teman-teman se-SMA yang sudah tidak selengkap beberapa bulan sebelumnya, saling menguatkan dan saling 'mengipasi' rasa 'dag-dig-dug' di masing-masing kami yang sama-sama ikut SBMPTN, tanpa 'ngeh' bahwa kali itu bisa jadi yang terakhir kalinya untuk menikmati sepoi angin yang menembusi dahan pohon nangka depan sekolah yang menyeruakkan wangi nangka matangnya.
Sedari siang hari yang dini sampai menuju siang yang layu kami di situ. Padahal cap 3 jari bukanlah hal yang sebegitunya lama. Kala itu - setelah kuingat kembali kini - juga jadi yang terakhir kalinya aku pulang sekolah bersama sahabat-sahabat 'pejuang angkot'-ku: Nixon, Okta, Evan Cuo, dan Lucky. Jujur, aku lupa apakah Hanna ikut bersama kami di hari itu atau tidak. Yang jelas, meski saat itu masih pukul setengah 3, tidak ada yang mau mengiyakan ajakanku mampir ke Gramedia Jl. Merdeka dulu.
"Pulang, ah, ai sia mau pengumuman!" Menuliskan kalimat langsung seperti ini, aku berusaha mengingat-ingat gaya bicara Cuo, yang meski kalimatnya menggunakan campuran Bahasa Sunda yang kasar, namun aku selalu tahu bahwa tak ada sedikit niat pun dari Cuo untuk benar-benar bersikap kasar. Kuanggap itu sebuah tanda sayang dari seorang sahabat.
Ah! Aku ingat, Hanna juga bersama-sama dengan kami! Bahkan kini aku mulai ingat bahwa sebelum naik angkot Margahayu-Ledeng dari depan Asrama Providentia, kami makan Bakso Rudal "ANGGREK" dulu. Teringat juga bahwa Hanna mau lekas-lekas pulang.
"Nggak mau nambah masalah lagi kalau udah pulangnya lama eh ga keterima...." kurang lebih begitulah argumen penguat untuk penolakan terhadap ajakanku.
Begitu pula dengan Okta dan Lucky, yang juga bilang, "Enggak lah gua mah pulang ajah." Cuma Nixon yang sebelum makan bakso berujar, "yuk lah tapi jangan kesorean, seenggaknya waktu pengumuman udah di rumah. Gitu." -namun baru saja nempelin pantat di kursi angkot Margahayu-Ledeng langsung bilang, "Engg, Nya, aku pulang aja deh, hehe, kamu masih tetep mau ke Gramed?"
Dan hanya saya yang begitu dilontarkan pertanyaan seperti di atas langsung menjawab dengan mantap, "Yap! Nggak pa-pa, kok." lalu di perempatan Jl. Dago-Jl.Riau-Jl. Merdeka mulai ngomong sendiri "Eh, pulang aja gitu yah?" dan 100 meter kemudian di mana seharusnya bilang 'kiri!' supaya bisa turun di depan Gramedia malah diam saja, makanin rambut. Teman-teman yang lain cuma bisa geleng-geleng, ketawa, dan puk-puk pundakku, "udah, Nya, pulang aja sama kita, sampe rumah pas liat pengumuman."
Ingat juga bahwa di sekitar perbatasan antara Kota Bandung dan Kota Cimahi, sekitar pukul setengah 4, jalanan mulai padat dan timbul kemacetan. Terkenang wajah Okta yang panik, takut nggak keburu buka web pengumuman online tepat wakty di rumah sendiri.
"Kan bisa di hape, Ta!"
"Enakan di komputer asaan, mah!"
Saya sendiri sampai di rumah pukul 5 kurang 5 menit. Sementara pengumuman yang dinanti dijanjikan akan beredar pukul 5 tepat. Kala itu ibu saya sudah pulang dari kantor, bapak saya dan mbah (yang pada waktu itu masih hidup) juga ada, hanya kakak-kakak saya yang tidak ada, maklum, mereka sudah bekerja di Jakarta. Padahal, saat itu, rasanya ingin sekali mereka ada di rumah, terbayang membuka hasil pengumuman bertiga, sambil memegangi ujung kaos Mbak Retha atau membelai-belai rambut keriwel Mbak Fina dengan gemas.
Cuci kaki, cuci muka, minum, nyomot lauk makan malam, lalu beranjak ke kamar ibu. Kulihat ibu sedang rapi-rapi mau pergi. Kulihat bapak sudah ongkang-ongkang kaki, rambut sudah kelimis, badannya wangi sabun, duduk manis di depan televisi. Mbah di sampingnya duduk manis juga. "Jam 6 ada ......... di gereja." Aku lupa acara apa yang harus kuisikan di bagian 'titik-titik' tersebut, tak dapat kuingat detil, kurasa itu bukanlah hal yang penting.
"Hari ini pengumuman lho, Bu."
"Ya, bagaimana pengumumanmu, bisa online, kan?"
"Belum kulihat."
"Jam berapa?"
"Jam 5."
Lalu kami berdua sama-sama melongok ke jam dinding, pukul 5 lebih 20 menit. Ibuku pindah menatapku.
"Nanti lah, palingan juga down, tapi aku deg-degan sih," ujarku sambil menggosok-gosokkan kakiku yang dingin karena habis dicuci. Kuambil selimut dan bergelung di kasur ibuku. Kucek Twitter via handphoneku. Kucek di timeline, mana yang lebih banyak, 'duka' apa 'suka' ? Sepuluh menit berlangsung, kebanyakan yang terbaca adalah kurang lebih sebagai berikut: kutahu indah rencana-Mu Tuhan. Lalu diikuti dengan saling mention untuk bertanya "gimana hasilnya?" yang kemudian diikuti dengan jawaban "belum rezekinya" plus tanda titik dua-kurung tutup yang mencerminkan senyuman-paksaan mungkin.
"Bu pergi dulu yah."
"Eh jangan dong, temani lihat hasil SBMPTNku!"
"Ya cepeeeeet! Orang acaranya jam 6!"
Segera kuberlari menuju kamar, buka laptop, menyalakannya, diikuti dengan mencolokkan modem, sambil terus berdoa dan elus-elus dada. Tadi tenang, kok sekarang begini. Padahal tadi mau jalan-jalan dulu, pulang kok malah begini.
Sial, benar saja websitenya down!
Dan aku semakin panik karena dikejar waktu mengingat ibuku mau pergi sementara aku belum berhasil tahu hasil pengumumannya dan tiba-tiba aku takut sekali ditinggal ibuku. Kepanikan bertambah ketika dering ponselku bunyi memecah kumandang adzan dan suara mesin motor bapak yang siap-siap berangkat.
"Tunggu dulu lah, Bu, takut nih buka sendiri, ih!" Kuraih ponselku dan mengangkat panggilan dari seberang: itu kakakku, Mbak Retha.
"Jadi gimanaaaaa?"
"Down nih web nya, tolong bukakan dari Jakarta."
"Ih males bangeeeeuuuud!"
"TOLONGLAH MBAK RETHA INI IBU MAU PERGIIII!!!"
"Eh terus kenapa ih," kakakku tergelak kecil.
"AKU TAKUUUUUUUUT!"
"YAELAAAAAAAA LEBAY KAAAAAAAAAAN! Buka di mana sih?"
"Ku whatsapp kan alamatnya, dah!"
Pip!
Sedetik kemudian langsung kukirimkan alamat web pengumuman dan nomor peserta SBMPTNku ke kakakku. 60 detik kemudian kuterima balasannya: "Wowowowooowowowo"
Aku yang masih mencoba merefresh berulang-ulang website pengumuman dan sudah hampir mau menjilat-jilat layar laptopku langsung kesal membaca balasan kakakku tersebut.
"Itu artinya apa?"
"Buka sendiri ah di web nya."
"YAHKAN LAGI EROR SITE NYA MBAK RETHAAAAAA."
"Selamet yeee anak nangor!"
Dan bersamaan pula dengan website yang kembali pulih dan berhasil menampakkan hasil pengumumanku, dengan ejaan nama yang baik dan benar, di website itu, ada namaku, di bawah kata 'SELAMAT'
Selanjutnya aku histeris memanggil ibuku, teriak-teriak membuat mbahku kaget dikiranya aku kesurupan di saat Maghrib, dan bapak tergopoh-gopoh meninggalkan motornya yang menyala.
"Sip, ibu pergi dulu yah, udah telat niiih." Satu kecupan mendarat di keningku.
"Selamat ya, Fan, pinteeeer!" Satu kecupan lagi mendarat di keningku. Lalu berlalu lah mereka berdua daripadaku yang masih memelototi laptop.
Satu jam kemudian aku beranjak menemui mbahku.
"Kenapa, Dik, tadi teriak-teriak, sampai kaget...." Mbahku mengelus-elus dadanya.
"Nggak pa-pa, ehe," aku senyum-senyum sambil memijiti pundaknya.
"Kata bapak keterima kuliah, ya? Di mana?"
"Di UNPAD, ehehehehehehe..."
"UNPAD.. Universitas Padjadjaran..... Ooo sama ya kayak Mbak Fina?"
"Iya, tapi ya beda jurusan."
Lalu kami menonton televisi bersama, melihat berita malam, di malam itu. Malam itu pula aku tidur larut sekali karena sibul mengkhayal akan jadi apa jika aku kuliah nanti. Pagi harinya, 9 Juli 2013, setengah enam pagi aku sudah beranjak dari tempat tidurku, lalu menyikat gigi dan menyeka muka, mengendap-endap mengeluarkan motor bapakku kemudian memanaskannya. 10 menit selanjutnya, aku sedang berada di jalanan, mengendarai motor bapak di jembatan Leuwigajah, berusaha menghindari polisi yang berpatroli karena lupa tidak bawa dompet, tidak ada SIM, STNK, dan masih berpiyama dan bersandal jepit, menuju kios koran di daerah Hujung, bermodalkan Rp5000,00, mau beli koran yang mencantumkan nama-nama yang lolos SBMPTN 2013. Mencantumkan namaku, nama sekolah asalku, dan nama unuversitasku.
***
Dua tahun sudah hari itu berlalu. Kini, aku senyum-senyum sendiri, menikmati masa itu dalam kenangan yang membelah malam, membatasi pergantian hari.
Salam,
Stefania
No comments:
Post a Comment